Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rabu Abu Sebagai Proses Penyadaran

21 Februari 2023   11:24 Diperbarui: 21 Februari 2023   11:44 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penorehan abu di dahi sebagai tanda dimulainya awal masa Pra Paskah kini tidak hanya dilakukan oleh satu denominasi Gereja saja. Tetapi hampir sebagian Gereja mainstream melakukan ritual tersebut.

Abu atau debu menjadi tanda pengingat akan keberadaan manusia yang berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Kitab Kejadian pasal yang kedua mengingatkan akan hal tersebut bahwa manusia berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi tanah.

Kalau boleh dikatakan bahwa ritual Rabu Abu adalah proses penyadaran akan jati diri manusia yang sebenarnya sangat lemah ( karena berasal dari debu tanah ) kemudian dihembusi daya hidup oleh roh Tuhan sang pencipta sehingga menjadi sosok yang kuat dan berwujud. Tanpa campur tangan Tuhan mustahil manusia akan hidup dan berakal budi. Kekuatan penopang inilah yang harusnya menjadi penyadaran bahwa hidup kita sangat bergantung pada Tuhan.

Hidup yang merupakan anugerah dari Tuhan dan atas topangan Tuhan sudah selayaknya digunakan untuk mewartakan kebaikan Tuhan sang pencipta. Hidup harus lebih bermakna bagi sesama karena kita semua manusia lebih dahulu dikasihi Tuhan Sang Pencipta lewat hembusan roh hidup pada diri kita.

Tidak elok apabila hidup hanya dijalankan seadanya tanpa makna bagi sesama. Bermakna berarti mampu memberikan daya hidup bagi sesama yang kurang beruntung, miskin, dan papa. Saling topang dan sangkul sinangkul dalam hidup bermasyarakat. Sehingga kebaikan Tuhan atas hidup ini bisa dirasakan oleh sesama.

Tidak mudah melakukannya, tetapi memohon untuk dimampukan kiranya bisa kita lakukan setiap hari. Agar penorehan abu di dahi menjadi bentuk proses penyadaran akan hidup yang harus lebih bermakna. Selamat mengalami Rabu Abu.....Tuhan memberkati !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun