Mohon tunggu...
Mohamad Qunut
Mohamad Qunut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temu Kangen, Memori Setelah 30 Tahun

24 Desember 2018   16:36 Diperbarui: 24 Desember 2018   18:05 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan pacar itu ada, tapi mantan teman tak pernah ada sehingga bertambahnya usia bukan berarti melupakan masa kecilnya. Keceriaan kami sederhana saat dicubit, dijewer itulah keceriaan dari rasa sakit yang tak sampai ke hati. 

SD Karang Anyar Gunung, sebuah sekolah dasar negeri yang ada di Kota Semarang, sekolah ini bukanlah sekolah favorit. Gedung sekolah berada di perkampungan sederhana yang sudah berkembang maju dan padat. Hampir sama dengan sekolah dasar negeri yang lain, SD Karang Anyar Gunung terus berbenah agar dapat bertahan menjadi tempat memberikan pendidikan ke masyarakat.

Kami lulus tahun 88, dengan kata lain sudah 30 tahun kami meninggalkan lingkungan sekolah ini. Perpisahan yang terjadi, diikuti ribuan kenangan yang terukir selama 6 (enam) tahun kami menimba ilmu. Moment "Temu Kangen" ibarat setetes air untuk melepas dahaga yang panjang. Temu kangen masa sekolah dasar akan berbeda dengan tingkat SMP, SMA apalagi mahasiswa. Di mana saat kami dipertemukan kembali, beragam memori yang terungkap yakni masa kecil yang penuh "keceriaan".

Cerita dari ungkapan memori yang terungkap yakni, bagaimana kami menikmati pendidikan disiplin oleh  para guru. Saat di kelas 6 (enam) guru-guru kami terkenal galak dan disiplin. Kesalahan yang kami lakukan tidak lepas dari hukuman, seperti dijewer, dicubit, dijenggit (rambut diatas telinga ditarik), dipukul dengan penggaris. 

Meski demikian,  tak ada dendam dan sakit hati dalam benak kami, saat itu rasa sakit atas hukuman menjadi bagian tanggung jawab dari kenakalan kami sehingga rasa sakit itu tidak pindah ke hati. Serapan gizi menjadi pembeda ketangguhan kami, bila dulu kami diberi saku 50 (lima puluh) rupiah bisa menikmati krupuk sambal dan bakso kojek serta berbagi dengan teman-teman yang lain. Saat ini anak-anak  diberi saku 5 (lima) ribu masih kurang karena menu kuota memang mahal.

Disisi yang lain, pertemuan ini membawa kami untuk saling mengingat. Bagaimanapun secara fisik kami mengalami banyak perbedaan. Setelah teringat, tawa dan canda lepas menghias, seakan kami kembali ke masa itu. Dengan celoteh-celoteh sesuka hati tanpa merasa sedang "bully" dan maki inilah keceriaan masa itu. Swafoto menjadi menu favorit yang terus menghiasi selama acara berlangsung. 

Meskipun sudah berpisah selama 30 tahun, kala bersua guru rasa hormat kami masih tertanam, dimana "moment special" ini kami rasakan bersama saat teman kami tidak bisa menahan tangis haru bersimpuh dipangkuan guru mengenang kenakalannya. Merekalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mendidik kami, menanamkan budi pekerti.

Bagi guru-guru kami, pertemuan ini menjadi obat bagi kerinduan akan suasana sekolah setelah memasuki masa pensiun. Kebanggaan beliau terhadap kami mantan muridnya, tertuang dalam kesederhanaan bertutur sulit mengingat kami satu-persatu. Mereka yang menonjolah yang mudah cepat dikenal kembali, di antaranya yang paling pintar, paling kecil, paling nakal, paling cerewet. Dan tidak ada maksud untuk melukai kami selain untuk menanamkan kedisiplinan sebagai dasar menimba ilmu selanjutnya.

Memori setelah 30 tahun ini memberikan kesan dan pesan  yang sulit dilupakan, bahwa kami tangguh karena saat didik dengan disiplin kami tidak mengartikan dalam bentuk kekerasan, dan kami terikat dalam sebuah pertemanan yang tak mengenal mantan, bahwa tali silaturrahmi dan kebersamaan itu menjadi bagian dari rasa bahagia yang murah dan mudah didapat.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun