Mohon tunggu...
Ekayanti
Ekayanti Mohon Tunggu... Guru

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Nature

SMA Berbasis Harmoni: Mendidik Generasi Z dengan Jiwa Tri Hita Karana

5 Oktober 2025   19:58 Diperbarui: 5 Oktober 2025   19:58 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era Generasi Z yang tumbuh bersama layar digital dan informasi tanpa batas, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyeimbangkan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional dan spiritual? Sekolah, terutama di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), bukan lagi sekadar tempat menghafal rumus atau mengejar nilai, melainkan wadah untuk membentuk manusia yang utuh berpikir, berperasaan, dan berjiwa. Salah satu konsep lokal yang bisa menjadi inspirasi untuk itu adalah Tri Hita Karana (THK), filosofi hidup masyarakat Bali yang mengajarkan keseimbangan antara tiga dimensi utama kehidupan: hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), hubungan manusia dengan sesama (pawongan), dan hubungan manusia dengan alam (palemahan).

Tri Hita Karana: Warisan Lokal, Solusi Global

Tri Hita Karana bukan sekadar nilai budaya, tapi juga pandangan hidup yang sangat relevan dengan dunia pendidikan modern. Dalam arsitektur dan tata ruang Bali, filosofi ini diwujudkan dalam keseimbangan antara ruang suci, ruang sosial, dan ruang alam. Bayangkan jika konsep yang sama diterapkan di sekolah: ruang belajar bukan hanya tempat menumpuk pengetahuan, tapi juga tempat menyemai nilai, empati, dan rasa syukur. Ketika pendidikan menanamkan prinsip harmoni seperti ini, sekolah tidak hanya mencetak lulusan berprestasi, tetapi juga manusia berjiwa selaras cerdas, beretika, dan peduli lingkungan.

Menghidupkan Tri Hita Karana di Dunia SMA

Nilai-nilai Tri Hita Karana bisa diintegrasikan ke dalam berbagai aspek pembelajaran di SMA mulai dari kurikulum, kegiatan siswa, hingga budaya sekolah.

  1. Parahyangan : Menumbuhkan Spiritualitas dan Integritas

Siswa SMA sedang berada pada masa pencarian jati diri. Melalui pembelajaran yang melibatkan refleksi, doa bersama, atau kegiatan spiritual lintas agama, mereka diajak mengenal makna syukur dan tanggung jawab moral. Guru tidak sekadar mengajar, tetapi menjadi teladan dalam ketulusan, disiplin, dan kejujuran : nilai-nilai yang menumbuhkan integritas.

  1. Pawongan : Menumbuhkan Empati dan Kolaborasi

Dunia remaja sering diwarnai persaingan, gengsi, dan tekanan sosial. Di sinilah nilai pawongan berperan. Melalui proyek kolaboratif, diskusi kelompok, hingga kegiatan sosial, siswa belajar menghargai perbedaan, mendengar orang lain, dan bekerja untuk kepentingan bersama. Sekolah menjadi miniatur masyarakat yang menanamkan budaya saling menghormati dan gotong royong.

  1. Palemahan : Membangun Kepedulian terhadap Alam

Generasi Z adalah generasi yang akrab dengan teknologi, tapi sering jauh dari alam. Dengan menerapkan palemahan, sekolah bisa mengembalikan kesadaran ekologis siswa melalui kegiatan penghijauan, pengelolaan sampah, atau proyek sains berbasis lingkungan. Pembelajaran IPA, Geografi, dan Prakarya bisa menjadi sarana nyata untuk mencintai bumi, bukan sekadar mempelajarinya.

Sekolah sebagai Ruang Harmoni

Bayangkan SMA yang suasananya tidak kaku dan penuh tekanan, tetapi hangat dan hidup.
Ruang kelas dipenuhi dialog dan tawa, taman sekolah hijau terawat, dan siswa belajar bukan karena takut nilai jelek, tetapi karena ingin menjadi manusia yang lebih baik.
Itulah wujud SMA berbasis harmoni, sekolah yang berjiwa Tri Hita Karana tempat pengetahuan, karakter, dan kehidupan menyatu dalam keseimbangan. Guru menjadi penjaga nilai, siswa menjadi pembelajar sejati, dan sekolah menjadi rumah yang menumbuhkan manusia berjiwa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun