Buku-buku di rak itu kadang kayak gebetan lama: sudah lama nunggu, tapi entah kapan dibaca. Â Kita lewat, lihat judulnya, terus bilang, "wah keren nih," tapi akhirnya yang dibaca cuma... chat WhatsApp.
Kalau aku punya kesempatan mendesain ulang konsep perpustakaan, jujur aja, aku pengen bikin perpustakaan yang nggak cuma wangi kertas dan bunyi "ssstttt" dari mbak petugasnya. Bayangin kalau ada:
Kelas Kreatif
Bayangkan sudut perpustakaan isinya bukan cuma kursi kayu, tapi meja craft. Ada workshop bikin totebag dari kain perca, atau kelas journaling. Jadi, habis baca buku motivasi, langsung bisa praktek bikin vision board di situ.
Ruang Berjejaring
Aku kebayang ruangan khusus ngobrol santai. Kayak coworking space mini. Jadi, orang bisa ketemu partner riset, partner bisnis, bahkan siapa tahu partner hidup. Ehemm... bukankah banyak kisah cinta bermula dari satu meja perpustakaan?Â
Program Literasi yang Asik
Daripada acara formal yang kaku, gimana kalau ada "stand-up comedy literasi"? Jadi ada komika yang bahas lucunya dunia buku. Misalnya, kenapa kita rajin beli buku tapi raknya penuh debu. Relate banget kan?
Intinya, perpustakaan harus jadi tempat yang hidup. Bukan sekadar gudang buku, tapi ruang di mana ide-ide bisa lahir sambil ketawa-ketiwi. Kalau masyarakat dekat dengan literasi, maka buku nggak lagi cuma jadi pajangan, tapi jadi teman.
Lalu, gimana menurutmu, Kompasianer? Kalau kamu punya kesempatan, apa yang bakal kamu tambahin di perpustakaan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI