Kendal (Selasa, 10/08/2020) Merebaknya pandemi COVID-19 dinilai merubah banyak aspek dalam kehidupan masyarakat karena ketatnya himbauan pemerintah agar kita tetap di rumah saja dan melakukan social distancing bila memang harus keluar rumah. Dampak ini juga dirasakan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang karena pada tahun ini KKN Tim II Undip harus melaksanakan KKN atau Kuliah Kerja Nyata di desa masing-masing.
Salah satu mahasiswa yang melaksanakan KKN di desa masing-masing adalah Putri Wudiyana dari Fakultas Ilmu Budaya. Dalam KKN ini, terdapat dua program pendampingan yang dilakukan Putri. Program tersebut antara lain adalah pendampingan metode belajar daring bagi orangtua yang memiliki anak di tingkat Sekolah Dasar (sebagai program satu) dan pendampingan pemasaran menggunakan jejaring sosial untuk meningkatkan penjualan batu bata merah khas daerah (sebagai program dua).
Dengan keadaan seperti sekarang ini, sekolah mulai menerapkan kebijakan belajar dari rumah untuk melindungi para siswa dari paparan virus corona. Namun hal ini meimbulkan satu permasalahan baru di masyarakat. Masalah yang paling mencolok di Kendal, tepatnya di desa Podosari, Kecamatan Cepiring, adalah menurunnya semangat belajar para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mereka merasa bahwa belajar dari rumah sama saja dengan libur. Melalui wawancara dengan Ketua RT 06/RW02 Desa Podosari, Putri menemukan bahwa penurunan semangat belajar siswa dikarenakan tidakadanya pengawasan langsung dari guru seperti ketika belajar di sekolah. Melalui program satu ini, Putri mengadakan pendampingan pemahaman metode belajar daring yang dimaksudkan agar orangtua yang memiliki anak di tingkat Sekolah Dasar dapat memahami mekanisme belajar daring yang diterapkan sekolah selama masa pandemi. Sejak siswa bersekolah hanya melalui media daring, maka orangtua juga harus memahami bagaimana cara mendampingi anak-anak mereka agar tetap dapat belajar maksimal di rumah. Dengan kata lain, program satu ini merupakan pelatihan ringan bagi orangtua agar bisa merangkap menjadi "guru" di rumah bagi anak-anak mereka.
Selain itu, pandemi COVID-19 ini juga berdampak bagi para pengrajin batu bata merah di Desa Podosari. Dari wawancara dengan beberapa pelaku usaha batu bata merah, didapati bahwa mayoritas dari mereka belum pernah melakukan promosi melaluji jejaring sosial, padahal promosi ini adalah salah satu cara efektif untuk mengenalkan produk ke masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam program dua ini, fokus permasalahan yang dihadapi adalah penurunan penjualan batu bata merah yang merupakan salah satu produk unggulan di desa Podosari. Dalam mengatasi permasalahan ini, pendampingan pemasaran daring melalui sosial media dilakukan untuk mengenalkan batu bata merah khas desa Podosari dengan cakupan target pembeli yang lebih luas. Selain itu, program dua ini dapat pula menjadi media promosi salah satu produk kerajinan dari Desa Podosari bagi khalayak umum, bahkan bagi mereka yang tinggal di luar Kabupaten Kendal sekalipun.
Dari kedua program ini, Putri berharap agar masyarakat dapat semakin memahami perkembangan teknologi supaya mereka bisa dengan mudah mengajar anak-anak mereka serta dapat memperluas jaringan penjualan meski hanya dari rumah.Â
Editor: Lusi Nur Ardhiani, S.Psi., M.Psi