Ungkapan Homo Homini Lupus (manusia adalah serigala bagi manusia lain), merupakan sebuah ungkapan yang dipopulerkan oleh Thomas Hobbes. Thomas Hobbes merupakan salah satu filsuf dari inggris yang telah memunculkan ungkapan ini. Thomas Hobbes berpendapat bahwa manusia adalah mahkluk yang meninginkan kenikmatan, dan ingin menjauhkan diri dari rasa saik.
Sehingga apapun yang ingin dilakukannya demi memuaskan keinginnanya untuk mendapatkan sesuatu bagi dirinya sendiri. Keinginan itu bersifat individual, bukan bersifat kelompok. Jadi sebuah kenikmatan yang diinginkan adalah kenikmatan yang bersifat pribadi dan ingin menghindar dari penyakit secara pribadi.
Dalam usaha untuk meraih sesuatu yang diinginkan, manusia saling bersaing satu dengan yang lain. Persaingan yang terjadi ini dilakukan untuk memperebutkan sesuatu yang dapat mendatangkan kenikmatan dan menghilangkan rasa sakit, sehingga kekuasaan itu sangat penting bagi manusia.
Kepentingan itu tidak hanya menguasai materi berupa harta-benda, melainkan juga untuk menguasai sesamanya. Ungkapan ini menggambarkan sebuah situasi masyarakat yang diwarnai oleh persaingan dan peperangan.
Dapat dikatakan bahwa, siapapun dan manusia manapun bisa menjadi musuh dalam artian manusia satu bisa memakan dan mengorbankan manusia lain demi sebuah tujuan yang ingin dicapai.
Hobbes berpandangan bahwa, manusia tidak lebih dari binatang yang hanya menginginkan sebuah kenikmatan tubuh. Selanjutnya bagi Hobbes, manusia digambarkan sebagai mesin yang anti sosial, yaitu manusia yang tidak mau peduli terhadap sesamanya dibawah kekuasannya.
Oleh karena itu, bagi Hobbes yang terjadi dalam kehidupan sosial ialah tak kurang dari perang semua melawan semua (bellum omnis contra Omnia). Dalam perang tersebut manusia adalah serigala bagi sesamanya. Apa yang dikatakan oleh Thomas Hobbes sering kita jumpai dalam situasi saat ini.
Dimana persaingan yang ada semakin menguat bukan hanya persaingan ekonomi, perusahaan, akan tetapi juga persaingan antar individual. Berbeda dengan falsafah yang dicetuskan oleh Samratulangi yaitu Si Tou Timou Tumou Tou yang memiliki arti bahwa manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk saling berinteraksi dengan sesama manusia atau orang-orang yang ada dalam kehidupan kita. Falsafah ini merupakan sebuah isu sentral yang membicarakankonsep bermanusia dan bermasyaralat.
Sesungguhnya Si Tou Timou Tumou Tou merupakan ungkapan filosofis tua orang Minahasa yang dimaksud dalam amanat pertama Watu Pinabetengan “Akad we Tu us Tu-mou Wo Tumouw Touw” artinya sampai keturunan hidup dan menghidupi sesama manusia, yang kemudian ditafsirkan seorang manusia hendaknya berperan menghidupkan, mengasihi manusia lain serta menjadi berkat bagi sesamanya.
Jika dilihat dari apa yang dikatakan oleh Thomas Hobbes sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Sam Ratulangi.