Mohon tunggu...
Putri Nur Lw
Putri Nur Lw Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Negeri Surabya

Freelance

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Sang Guru Besar dalam Simposium Nasional

29 Oktober 2021   10:23 Diperbarui: 29 Oktober 2021   10:36 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster simposium nasional: unesa.ac.id

 

Dunia sastra Indonesia kembali dikejutkan dengan berita berpulangnya salah satu sastrawan terkemuka, Prof. Dr. H. Budi Darma, M.A. pada 21 Agustus 2021. Kabar berpulangnya sastrawan tersebut tak hanya menimbulkan duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia tetapi juga bagi seluruh keluarga besar Universitas Negeri Surabaya. Tak ayal hal tersebut sempat membuat acara wisuda unesa 2021 berubah menjadi hening lantaran seluruh jajaran pemimpin dan peserta wisuda mengheningkan cipta sejenak guna mendoakan kepergian sang sastrawan.

Bertepatan pada 40 hari peringatan kepergian Prof. Budi, Unesa mengadakan kegiatan bertajuk Simposium Nasional Menuju Teori Sastra "Dunia Jungkir Balik Budi Darma" melalui Zoom metting pada tanggal 14 September 2021. Acara ini diselenggarakan sebagai salah satu cara mengenang serta melepas kepergian sang guru besar yang pernah menjabat sebagai Rektor IKIP Surabaya yang saat ini dikenal sebagai UNESA pada tahun 1984 -- 1988.

Tema pembahasan simposium ini seputar karakteristik penulisan novel, cerita pendek, serta esai karya Budi Darma, yang dipaparkan oleh sekelompok pakar seperti Seno G. Ajidarma, Tengsoe Tjahjono hingga Tommy F. Awuy sebagai narasumber. Luar biasanya kegiatan ini dihadiri oleh berbagai macam lapisan masyarakat Indonesia, tidak hanya dosen dan mahasiswa dari Unesa saja.

"saya penggemar karya tulis beliau karena karya beliau sangat unik, terlebih novel beliau yang berjudul rafilus" ujar Nadilla salah satu peserta simposium.

Melalui karyanya nama Budi Darma tersohor hingga ke kancah internasional sehingga sudah bukan menjadi rahasia lagi jika banyak yang menjadi penggemar dan menjadikan beliau sebagai panutan. Baginya yang telah melahirkan banyak karya sastra, puisi merupakan obat penenang kehidupan. "Saya sering kangen baca puisi, biasanya habis membaca puisi rasanya plong," demikian kata mendiang Budi Darma yang dikutip oleh Tengsoe Tjahjono.

Dalam proses ke penulisannya pak Budi hanya membutuhkan sebuah pena dan secarik kertas. Beliau membiarkan semua mengalis begitu saja sampai menjadi sebuah karya yang sangat menakjubkan. Hal itu dipaparkan oleh Seno G. Ajidarma dengan mengambil kutipan Budi Darma yang mengatakan

" penulis yang betul - betul penulis tidak pernah mempunyai persiapan apa apa(meski).... Tentu saja penulis yang betul - betul penulis sebetulnya tidak bisa menulis tapa persiapan apa - apa"

Dilanjut dengan kutipan

"....tidak perlu mengkonsepkan dulu apa temanya, bagaimana alurnya, bagaimana penokohannya, dan tetek bengek lainnya" (Darma, 1983:87-8)

Maksud dari kutipan tersebut adalah sebuah karya akan tercipta tanpa memandang situasi dan kondisi. Karena penulis yang sesungguhnya memiliki imajinasi yang luas serta kepekaan akan bahasa. Sumber dari sebuah karya adalah otak bukan kedalaman hati atau batin. Selain itu, sastra adalah medan intellektualitas pengarang maka penulis harus bisa berjarak dengan tulisannya sendiri, sehingga hasilnya tak menjadi otobiografi pengarang. "Ini menjadi kritik yang sangat berharga dari Pak Budi dan relavan hingga sekarang," tutur Okky Madasari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun