Mohon tunggu...
Mustika PutriMillenia
Mustika PutriMillenia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Jember

Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota NIM 181910501022

Selanjutnya

Tutup

Nature

Keresahan Masyarakat Keadaan di Jembatan Pandanwangi dan Lahan Pesisir Selatan

31 Mei 2019   14:52 Diperbarui: 31 Mei 2019   14:55 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jembatan Pandanwangi adalah jembatan yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Lumajang yang berada di berada disebelah selatan Kecamatan Tempeh, Lumajang yang menghubungkan antara dua desa yakni desa Pandanwangi dan desa Selok Anyar. Panjang jembatan ini mencapai 370 meter dan jembatan ini dijadikan sebagai jembatan yang terpanjang dan terindah di jalur selatan Lumajang.

Jembatan Pandanwangi ini juga terdengar sampai ke luar kota Lumajang setiap harinya jembatan ini tidak sepi pengunjung baikpun dari luar kota seperti Jember dan Probolinggo. Puncak dari ramainya pengunjung di jembatan ini adalah saat liburan panjang, jembatan ini menjadi sangat ramai pengunjung bukan hanya pengunjung para pedagang kaki lima juga sangat ramai di jembatan ini.

Akan tetapi meskipun dijadikan sebagai objek wisata jembatan ini memiliki sisi negatifnya yaitu masyarakat yang ada disekitar terganggu oleh aktifitas yang ada di jembatan itu mulai dari pengunjung yang sering membuang sampah sembarangan sehingga membuat sawah-sawah yang ada dibawah jembatan milik masyarakat sekitar menjadi kotor akibat sampah yang dibuang sembarangan. Bukan hanya sekedar sampah saja dengan bertambah ramainya pengunjung jembatan ini akan menjadi keuntungan besar buat para penjahat seperti pencopet dan anak-anak muda yang suka mabuk-mabuk an.

Sawah-sawah milik masyarakat setempat yang letaknya ada dibawah jembatan dibuat kotor oleh pengunjung bukan hanya kotor tetapi juga sawah menjdi rusak karena banyaknya anak-anak kecil mayoritas anak-anak dari pengunjung yang turun kebawah untuk bermain ke sawah bukan hanya anak-anak remaja pun ikut turun ke bawah untuk mendapatkan hasil foto yang baik dan bagus. Oleh karena itu, sawah-sawah menjadi dinjak-injak akibat ulah para anak-anak dan remaja, masyarakat setempat mengeluh akibat ulah anak-anak dan remaja.

Masyarakat juga terkadang menemukan bekas botol air minuman keras, hal itu disebabkan karena para pemuda meminum minuman keras tengah malam di daerah sekitar jembatan, karena di daerah sekitar Jembatan Pandanwangi jika malam hari itu sepi dan jarang kendaraan yang lewat apalagi kerutinan penjagaan aparat keamanan jarang mengontrol keadaan di sekitar Jembatan Pandanwangi. Keadaan di malam hari di daerah jembatan membuat keuntungan bagi para begal untuk melakukan aksinya, jika ada orang yang lewat di daerah jembatan di malam hari para begal akan melakukan aksinya.

Hal itu membuat resah para masyarakat sekitar, masyarakat tidak berani untuk melawan para begal dikarenakan para begal membawa senjata tajam dan akan mengancam siapapun yang akan melawannya. Jembatan Pandanwangi juga digunakan untuk jalan kebut-kebutan bagi para remaja bukan hanya para remaja terkadang anak dibawah umur juga ikut serta dalam kebut-kebutan. Sering terjadi kecelakaan akibat kebut-kebutan tersebut, masyarakat juga resah dengan kelakuan para remaja-remaja tersebut. Masyarakat juga terganggu oleh suara-suara sepeda motor yang digunakan untuk kebut-kebutan.

Pada waktu liburan, pengunjung di Jembatan Pandanwangi memuncak dan keadaan di sekitar jembatan menjadi macet karena banyaknya kendaraan pribadi milik pengunjung yang parkir sembarangan di sekitar jembatan ditambah lagi semakin banyaknya pedagang. Akibatnya, kendaraan yang ingin melewati jembatan menjadi terganggu, terutama untuk kendaraan besar seperti truk besar, truk, pick up mengangkut barang yang ingin melewati jalur lintas selatan dan jembatan yang digunakan sebagai jalan pintas untuk kendaraan besar menjadi terganggu.
Bukan hanya terganggu untuk pengguna kendaraan besar juga bisa membahayakan pengunjung terutama anak-anak, orang tua sering lalai dengann keamanan anak-anak akibat asyik sendirinya. Jalan Jembatan Pandanwangi jika disaat hujan jalan jembatan menjadi licin dan hingga mengakibatkan banyaknya kecelakaan yang terjadi.

Petani di pesisir selatan Desa Pandanwangi di Kecamatan Tempeh Lumajang akhirnya memilih berdemonstrasi setelah lima bulan merasa resah. Keresahan mereka terjadi pada adanya pengukuran dari oknum perangkat desa setempat. Tidak hanya pengukuran namun juga disertai ancaman. Lahan di Desa Pandanwangi itu sekitar 200 hektare merupakan tanah warisan leluhur mereka dulu lahan pertanian itu adalah tanah rawa.

Tahun 1948 warga setempat membuka lahan dan mengolahnya menjadi lahan pertanian. Ada sekitar 200 keluarga yang menggarap lahan tersebut.

Tahun 1973 atau era orde baru tanah dirampas negara. Warga menggarap kembali setelah pemerintahan orde baru lengser.

Tahun 1998 warga kembali menggarap lahan itu, warga membayar pajak dengan dibuktinya adanya SPPT warga juga memiliki petok tanah. Ketika itu, warga diundang ke Balai Desa Pandawangi perangkat desa menjanjikan penyertifikasian tanah milik warga dan warga pun setuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun