Mohon tunggu...
Tsaniyah
Tsaniyah Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Masa Covid-19

8 Juli 2020   18:30 Diperbarui: 8 Juli 2020   18:33 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Pembangunan pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya kurikulum, karena di dalam kurikulum terdapat tujuan untuk memberikan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan mengembangkan sikap peserta didik agar bisa beradaptasi dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Dengan adanya globalisasi perkembangan dunia kerja berubah cepat sehingga kurikulum juga harus ikut berpartisipasi dalam perubahan tersebut. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Sehingga nantinya di tahun 2045 Indonesia akan merasakan kondisi jumlah penduduk usia produktif mencapai titik maksimal dan akan terus berkembang lagi, sehingga terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang memberi dampak pada pertumbuhan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Menurut Fadel (2008), kecakapan hidup dan berkarir yang diperlukan di abad 21 diantaranya: 1) berpikir kritis dan mengatasi masalah; 2) kecakapan berkomunikasi; 3) kecakapan berkolaborasi; 4) kreativitas dan inovasi. Pentingnya keempat kecapakan tersebut diperkuat dengan kajian yang dilakukan oleh Fadel, Bialik, dan Trilling (2015), kecakapan berkolaborasi dengan orang dari berbagai latar belakang, kecakapan,dan perspektif akan semakin diperlukan karena tantangan dan masalah yang dihadapi akan semakin kompleks. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 keempat kecapakan tersebut sudah tertuang dalam kegiatan pembelajarannya.

Pada awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan adanya pandemic covid-19, hal ini secara tidak langsung mengubah sistem pembelajaran yang semula tatap muka menjadi sistem pembelajaran online. Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 pun diubah sesuai kondisi guru dan peserta didik, sehingga pelaksanaan pembelajaran masing-masing instansi berbeda-beda namun tetap berpedoman pada standar kompetensi yang dirancang pemerintah. Dengan perubahan ini, maka kurikulum 2013 dikembangkan sesuai gaya guru sendiri yang disesuaikan dengan realita yang ada. Hal ini diperkuat oleh pendapat Miller (2011) bahwa ketika guru memahami gaya kurikulum mereka sendiri, mereka dapat membuat keputusan yang sesuai realita dan dapat diterima oleh komunitas guru di lingkungan mereka sehingga pembelajaran akan lebih optimal.

Pada saat ini belum diketahui secara tepat bagaimana solusi pembelajaran kurikulum 2013 pada masa pandemic covid-19, bagaimana model pembelajaran online yang dapat dilakukan pada masa pandemic covid-19, bagaimana langkah-langkah pembelajaran secara online, apakah kelebihan dan kelemahan pembelajaran secara online. Jawaban terhadap permasalahan tersebut bisa menjadi masukan bahan rumusan kebijakan dalam rangka pengoptimalan pembelajaran pada masa pandemic covid-19. Oleh karena itu kajian tentang pembelajaran kurikulum 2013 penting untuk diungkap. Tujuan studi ini untuk mengkaji solusi yang diberikan guru dalam pembelajaran kurikulum 2013 pada masa covid-19.

Pembahasan

John D. Mc. Neil (1990) dalam bukunya Curriculum a Comprehensive Introduction menyatakan penerapan teknologi dalam kurikulum ada dua cara. Pertama, kurikulum sebagai rencana yang sistematis dengan penggunaan berbagai perangkat dan media. Sedangkan yang kedua, teknologi pada model dan prosedur untuk pengembangan konstruksi dan evaluasi materi pada kurikulum dan sistem pembelajaran. Sehingga Mc. Neil mendukung adanya pembelajaran berbasis online karena adanya globalisasi perkembangan teknologi semakin canggih, demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia pendidikan.

Pendapat Mc. Neil diperkuat dengan adanya teori sibernetik. Fokus dalam teori pembelajaran sibernetik adalah pengelolaan informasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Salim (2017), bahwa dalam teori sibernetik proses belajar memegang peran yang penting, namun yang terpenting adalah pengolahan sistem informasi untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang disajikan pada peserta didik. Menurut Suminar (2010:5), teori belajar sibernetik merupakan usaha guru untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dengan cara memfungsikan unsur kognisi peserta didik, terutama unsur pikiran dalam memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

Dalam pembelajaran kurikulum 2013 berbasis online ada beberapa model pembelajaran yang bisa digunakan, seperti PjBL, PBL, Discovery Learning, dan Cooperative Learning. Namun sebagian besar guru lebih memilih model PjBL. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kanzunnudin (2017), bahwa penerapan model Project based learning (PjBL) dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menghasilkan suatu produk. Seperti dalam pembelajaran kelas V, peserta didik dapat diberikan proyek untuk membuat diorama daur air. Sedangkan pada pembelajaran kelas rendah, peserta didik dapat diberikan proyek menanam tanaman sepeti kecambah, dan menghitung jumlah daunnya dari hari ke hari.

Model pembelajaran Problem based learning juga bisa digunakan dalam pembelajaran online. Dengan diberikan masalah, akan melatih kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah tersebut. Hal ini diperkuat dengan penelitian Kim, Insoo, dan James (2019) di Korea, bahwa penggunaan pembelajaran pemecahan masalah kreatif memiliki dampak positif pada peningkatan kreativitas, karakter dan pemecahan masalah kreatif.

Model Discovery Learning bisa digunakan dalam meningkatkan literasi peserta didik. Dengan semakin banyak membaca maka peserta didik akan semakin banyak memperoleh informasi. Dalam hal ini guru bisa memberikan softfile modul pembelajaran, maupun link pembelajaran agar peserta didik bisa mengisi waktu luangnya dengan membaca dan memahami bacaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Machin-Mastromatteo (2014) tentang kecapakan literasi itu penting untuk mendorong berkembangnya literasi peserta didik dalam memahami, mencerna, dan menganalisis bacaan, kecapakan literasi bukan hanya memahami narasi, tetapi juga mengacu pada konsep, alat, dan pengalaman melek informasi. Sehingga peserta didik akan terhindar dari adanya hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun