Mohon tunggu...
PUTRI
PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Putri

Putri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intervensi Pencegahan Stunting pada Masa Pandemi Berbasis Keluarga

27 Januari 2022   22:25 Diperbarui: 27 Januari 2022   22:36 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stunting (kerdil) adalah suatu kondisi yang dialami saat berusia dibawah lima tahun (balita) dimana memiliki panjang atau tinggi badan yang apabila dibandingkan dengan seusiannya lebih pendek atau minus dua dari standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO). 

Sebanyak 150,8 juta (22,2%) anak balita mengalami stunting yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, memperlambat pertumbuhan, dan mempengaruhi perkembangan otak serta dapat mengakibatkan berbagai penyakit tidak menular di masa depan (Ntenda & Chuang, 2017). Selain itu, stunting juga dapat berdampak pada kesehatan balita baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

Terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh adalah dampak dari jangka pendek yang akan dialami oleh balita yang menderita stunting. 

Sedangkan, dampak jangka panjangnya adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua (F. P. Astuti & Purwaningsih, 2019).


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa prevalensi balita pendek (stunting) berfluktuasi yaitu sebanyak 36,8% (2007), sebanyak 35,6% (2010), sebanyak 37,2% (2013) dan sebanyak 30,8% (2018). Walaupun terjadi penurunan angak prevalensi balita pendek (stunting) dalam kurun waktu 2013 dan 2018, akan tetapi stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dianggap berat (30%-39%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).


Oleh karena itu diperlukan kegiatan-kegiatan intervensi untuk mencegah terjadinya stunting mulai dari sedini mungkin diatarannya yaitu:

1. Intervensi kegiatan pembagian TTD


Kegiatan pembagian Tablet Tambah Darah (TTD) yang dilaksanakan pada pagi hari dengan mendatangi rumah masihmasing remaja (dor to dor), selain iti juga diberikan penyuluhan tentang pentingnya zat fe bagi tubuh dan cara meminumnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi angka kejadian anemia yang bisasnya beresiko pada remaja putri.


2. Intervensi kegiatan Nombar gizi


Kegiatan nobar gizi seimbang bersama para remaja putri ini dilakukan pada siang hari dirumah salah satu remaja. Disana kita meninton bersama sampai vidio selesai. Kemudian diberikan penyuluhan kembali agar merika lebih memahaminya dan di akhiri dengan tannya jawab.


3. Intervensi kegiatan penempelan poster

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun