Belakangan publik dikejutkan oleh pernyataan Menteri Keuangan Purbaya yang menyebut kondisi ekonomi kita sedang "dicekik". Ucapan ini tidak hanya menuai perhatian, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar: apa sebenarnya yang terjadi dengan perekonomian kita, dan bagaimana jalan keluarnya?
Tekanan Ekonomi yang Nyata
Fenomena global seperti krisis energi, ketegangan geopolitik, hingga perubahan iklim telah menimbulkan guncangan besar. Di dalam negeri, kenaikan harga pangan dan energi semakin menekan daya beli masyarakat. Gambaran ini memperkuat alasan mengapa istilah "dicekik" digunakan: karena kondisi memang tidak ringan.
Kejujuran yang Menggugah
Tak banyak pejabat berani menggunakan bahasa seterang itu. Purbaya justru memilih jujur, menyampaikan apa adanya. Transparansi ini bisa menjadi modal penting untuk membangun kembali kepercayaan publik. Namun, kejujuran harus diikuti dengan solusi konkret.
Resep Pemulihan: Dari Kebijakan ke Aksi
Beberapa langkah yang disebutkan sebagai resep pemulihan di antaranya:
1. Penguatan UMKM
UMKM terbukti menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Dukungan modal, digitalisasi, dan akses pasar adalah kunci keberlangsungan mereka.
2. Stabilitas Fiskal dan Moneter
Menjaga defisit, mengendalikan inflasi, dan memperkuat nilai tukar adalah fondasi agar perekonomian tidak mudah goyah.
3. Dorongan Inovasi dan Investasi
Ekonomi masa depan tidak bisa hanya bergantung pada sektor lama. Energi terbarukan, teknologi digital, hingga pertanian modern adalah sektor yang wajib diperkuat.
Dari Kata ke Aksi Bersama
Pernyataan keras Menkeu Purbaya semestinya menjadi titik balik. Bukan sekadar headline media, tetapi momentum untuk bekerja sama. Pemerintah memberi arah, masyarakat ikut mendorong dengan konsumsi produk lokal, kreativitas usaha, dan keterlibatan dalam mengawasi jalannya kebijakan.