Mohon tunggu...
Nopa Ariansyah
Nopa Ariansyah Mohon Tunggu... Guru - Manusia Fakir Ilmu

Menuangkan ke dalam bentuk tulisan tentang apa yang saya dapatkan, pikirkan, dan rasakan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Untukmu Para Sarjana di Desa Galang Tinggi

14 Juni 2020   07:43 Diperbarui: 14 Juni 2020   08:21 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini ditujukan khusus untuk pemuda-pemudi warga desa galang tinggi kelahiran tahun 80-an hingga pertengahan tahun 90-an yang pernah duduk di bangku kuliah dan saat ini sedang menyandang gelar kesarjanaan.

Saat ini menjelang kontestasi pilkades Galang Tinggi yang sebentar lagi akan dihelat ada berberapa harapan dari warga desa agar para sarjana di Desa Galang Tinggi ikut andil dalam mensukseskan agenda enam tahunan tersebut.  

Salah satunya adalah dengan ikut menjadi peserta calon kades yang akan datang. Tentunya hal tersebut merupakan sebuah kehormatan bagi kita yang disebut sebagai generasi milenial. 

Memang di beberapa lembaga organisasi non pemerintah (non govermnet organization) maupun pemerintahan saat ini generasi milenial mulai mengambil peran sebagai suksesi dari pemimpin sebelumya. Namun apakah memang demikian dengan kita para sarjana milenal yang lahir di Galang Tinggi?

Pilkades merupakan ajang pertarungan politik tingkat desa yang mana dampak dari kebjiakan kepala desa yang terpilih langsung dirasakan oleh masyarakat. Tentunya kecapakan dan kepandaian dari seorang pemimpin, dalam hal ini kepala desa, akan sangat terasa kiprahnya di tengah-tengah masyarakat. Siapkah kita para sarjana milenal Galang Tinggi?

Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut menurut saya diperlukan sebuah evaluasi diri yang komprehensif mengenai bekal apa yang kita punya. Baik itu dari segi wawasan, kecakapan diri, dan interaksi sosial keseharian. 

Ditambah lagi kekuatan mental, moral, spiritual, dan material tentunya menjadi hal yang tidak boleh disepelekan juga. Tantangan kita sebagi seorang sarjana memang sangat berat. 

Eksptektasi masyarakat yang menggangap kita sebagai seorang yang berintelektual yang memiliki banyak kecakapan menjadi tatangan tersendiri bagi kita. Bila kita tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut bisa jadi kita akan disebut sarjana yang gagal. Dalam bahasa di desa kita ada sebutan "Sarjana Pelantar".

Saya sadar bahwa ekspektasi itu terasa sangat membebani. Kita bukanlah seorang yang benar-benar ahli dan cakap. Kita juga masih perlu banyak belajar, karena belajar itu merupakan proses sepanjang hayat selama kita hidup. 

Namun tantangan tetaplah tantangan, tegakkan kepala kita lalu mari kita buktikan kapasitas diri kita. Lalu apakah ajang Pilkades yang akan datang menjadi ajang pembuktian ini? Jangan terburu-buru untuk mengambil kesimpulan.

Dalam politik saya berpendapat pangkal dari sebuah tali rapiah bisa jadi ujungnya adalah sebuah kepala ular berbisa. Jadi ketika kita dihadapkan pada situasi awal harapan masyarakat untuk mengikuti ajang pilkades tidak demikian serta merta kita ikut saja tanpa mengetahui ujungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun