Mohon tunggu...
mister online
mister online Mohon Tunggu... -

Mengharapkan kinerja dan hasil dapat sejalan dengan kerja keras serta doa.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

TNI AU Percepat Alutsista Pesawat Tempur

3 September 2011   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:16 3130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

[caption id="attachment_129173" align="aligncenter" width="640" caption="Illustrasi Google"][/caption] TNI-AU akan mempercepat pengadaan berbagai arsenal dan sistem pendukungnya yang diprogramkan untuk kurun 2010-2014 pada jangka waktu lima tahun ke depan.

Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, di Wates, Kamis,, (1/9) bahwa jadi pesan tegas kepada negara-negara yang mau main-main dengan kita: jangan coba teruskan niat itu kalau tidak mau berhadapan dengan militer dan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Kasau, Presiden SBY berharap sebelum beliau masa jabatannya berakhir ada percepatan pengadaan arsenal ini. Sehingga saat masa jabatan beliau berakhir, TNI dalam hal ini TNI-AU sudah kuat." Dengan begitu, penguatan arsenal matra udara TNI bersesanti  Sayap Tanah Air itu sesuai harapan Presiden Yudhoyono. Pada dasawarsa '60-an, AURI menjadi kekuatan udara terkuat di belahan selatan dunia. Saat itu, pemerintahan Bung Karno mengerahkan 29 persen APBN Indonesia untuk belanja militer.  (Seperti dikutip dari antaranews.com). Untuk ukuran saat ini saja, jumlah, jenis, dan tipe arsenal yang akan dibeli dengan berbagai skema pengadaan itu sungguh beragam. Mulai dari EMB-314 Super Tucanodari Brazil, jet latih lanjut-serang ringan T-50 Eagle dari Korea Utara, enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker yang juga dilengkapi sistem kesenjataan dan avionikanya. Rusia memang unik dalam menjual persenjataannya. Mereka jarang menempuh cara satu paket utuh; mereka menjual senjata dari satu fase ke fase berikutnya. Jadi kalau membeli Su-27 Flanker, mereka terlebih dahulu menjual pesawat terbang secara standar dan pelatihan pilotnya. Nah pemerintah AS dan Kongres Amerika Serikat telah menghibahkan 30 F-16 blok 32 Fighting Falcon. Ternyata masih ada lagi, yaitu tidak tertutup kemungkinan ke-30 F-16 bekas pakai National Guard Air Force Reserve itu ditingkatkan lagi ke blok 52 sehingga setara dengan F-16 yang dimiliki sekutu-sekutu Amerika Serikat, di antaranya Singapura, Saudi Arabia, dan Belanda. Apalagi Konggres Amerika pada 15 Agustus baru saja menyetujui bantuan pengadaan pesawat F-16 sebanyak 30 unit. Pesawat F-16 yang berjumlah 24 untuk operasional pengaman dan enam lainnya sebagai cadangan. Langkah lebih ambisius juga telah digariskan Markas Besar TNI-AU di Cilangkap, Jakarta Timur. Itu berupa kerjasama dengan Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) membuat pesawat yang lebih canggih dibandingkan dengan pesawat F-16. Dan dalam silsilah penerbangan tempur, F-16 yang sekelas dengan Mirage 2000, sedikit di bawah Eurofighter Typhoon dan Mikoyan-Gurevich MiG-29, berada pada jajaran generasi keempat pesawat tempur. Selain itu, TNI-AU pengadaan pesawat C-130 Hercules dari Angkatan Udara Australia, yang juga sangat berfungsi vital sebagai pesawat untuk penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lain. Karena itu, banyak pesawat yang sudah ada perlu segara diganti karena usianya rata-rata mencapai 30 tahun baik buatan Rusia seperti Sukhoi dan pesawat F-16 dari Amerika. Sejumlah pesawat tempur sudah tidak dapat berfungsi secara maksimal, TNI-AU akan memaksimalkan operasionalisasi pesawat tempur untuk mengamankan wilayah kedaulatan Indonesia dari ancaman negara-negara lain.

Nah, sejak reformasi Tentara Nasional Indonesia digulirkan pada 1999 silam, pembenahan aspek alat utama sistem senjata (alutsista) hingga kini masih tertinggal. Padahal, militer yang kuat membutuhkan prajurit profesional dengan alutsista andal. Karena itu mempercepat penggadaan alutsista pesawat tempur merupakan suatu keharusan.

Alutsista yang dipakai TNI sekarang ini banyak yang telah berusia tua, 25–40 tahun. Kondisi itu membuat kesiapan alutsista TNI AD hanya 35%, sedangkan TNI AU dan AL masing- masing 30%. Sehingga, modernisasi alutsista menjadi keharusan. Persoalannya, meningkatkan kualitas dan kuantitas alutsista membutuhkan biaya yang mahal. Perhatian pemerintah terhadap modernisasi alutsista pertahanan baru terasa beberapa tahun terakhir dengan mencanangkan minimum essential force (kekuatan pokok minimum) pada 2024. Diprediksi hingga 2014 saja diperkirakan butuh dana Rp150 triliun meliputi biaya pengadaan, perawatan, dan pemeliharaan. Penting sekali untuk mempercepat alutsista pesawat tempur, guna menjaga keamanan dan keutuhan wilayah NKRI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun