Mohon tunggu...
Purwanti Asih Anna Levi
Purwanti Asih Anna Levi Mohon Tunggu... Sekretaris - Seorang perempuan yang suka menulis :)

Lulusan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) UNIKA Soegijapranata Semarang dan sedang belajar menulis yang baik :)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Fast Fashion dan Dampaknya terhadap Lingkungan

5 November 2021   08:30 Diperbarui: 5 November 2021   08:45 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fast fashion merupakan istilah di industri fashion untuk menggambarkan produk fashion yang modelnya silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, proses produksinya cepat, menggunakan bahan baku berkualitas rendah, dan dijual dengan harga yang murah (Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan - Zerowaste.id).

Tujuan fast fashion adalah untuk menghasilkan produk dengan biaya serendah-rendahnya untuk memenuhi permintaan konsumen yang menginginkan fashion dengan model terkini dengan harga yang murah (Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan - Zerowaste.id).

Berdasarkan definisinya dapat disimpulkan bahwa fast fashion memiliki ciri-ciri antara lain: model cenderung terus berubah dengan cepat mengikuti trend terbaru, menggunakan bahan baku berkualitas rendah sehingga cenderung tidak awet (Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan - Zerowaste.id).

Ada sebanyak 34% industri fast fashion diproduksi di Asia dan negara berkembang seperti Indonesia. Industri fast fashion seringkali ditemukan mempekerjakan perempuan berpendidikan rendah dan berusia muda atau bahkan di bawah umur 18 tahun. Industri ini juga dianggap telah melakukan eksploitasi terhadap pekerja dengan bekerja 14 jam/hari dan lebih dari 50% pekerja dibayar murah di bawah upah minimum. Kondisi tempat kerja juga tidak layak dan tanpa ada jaminan keselamatan kerja sehingga rata-rata 5,6% pekerja  mengalami cedera tiap tahun (https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c494f4f2/kontroversi-di-balik-industri-fast-fashion).

Saat ini perkembangan trend fashion sangat cepat berubah. Konsumen merasa harus selalu mengikuti trend dengan membeli produk fashion terbaru agar tidak ketinggalan. Pada tahun 2018, industri fast fashion memproduksi 600-900 pakaian setiap minggu dan diperkirakan akan terus meningkat (Ajriah Muazimah, 2020).

Fast fashion secara tidak langsung mendorong perilaku konsumtif masyarakat dengan sering berbelanja fashion trend terbaru. Belanja dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan primer tetapi lebih banyak hanya untuk kesenangan dan memperoleh status sosial. Jika tidak mengikuti trend fashion terbaru akan muncul rasa tidak puas. Hal ini tentu menimbulkan pemborosan.

Dampak Fast Fashion terhadap Lingkungan

Proses produksi fast fashion yang cepat dan penggunaan bahan baku berkualitas rendah berimplikasi pada timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia, antara lain:

  • Pencemaran air dari penggunaan bahan kimia berbahaya. Industri fast fashion seringkali melibatkan bahan kimia dalam proses produksinya, seperti bahan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya dan bahan-bahan kimia untuk mencetak (printing) tekstil. Dalam proses finishing juga digunakan bahan kimia. Bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan karena sebagian besar industri fast fashion belum mengelola limbah produksinya dengan baik. Banyak ditemukan industri fast fashion yang tidak memiliki instalasi pengolah air limbah. Air limbah hanya dibuang saja langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Pencemaran air dari limbah industri fast fashion berdampak negatif pada biota sungai sehingga pelan-pelan habitat mereka akan punah (Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan - Zerowaste.id).
  • Potensi pelepasan mikroplastik yang berbahaya bagi manusia. Industri fast fashion juga banyak menggunakan bahan baku sintetis seperti polyester yang berasal dari plastik. Industri fast fashion menghasilkan 50 milliar plastik per tahun (https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c494f4f2/kontroversi-di-balik-industri-fast-fashion). Plastik terbuat dari minyak bumi yang tidak terbarukan. Saat dilakukan pencucian polyester akan melepaskan mikroplastik ke dalam air sehingga menimbulkan polusi air. Mikroplastik sulit untuk diurai oleh alam, bahkan merusak alam. Mikroplastik yang terbawa air yang mengalir ke sungai dan laut akan dikonsumsi oleh plankton. Plankton merupakan bagian dari rantai makanan biota laut yang biasa dikonsumsi manusia, sehingga berpotensi menimbulkan resiko pada kesehatan manusia  (Apa Itu Fesyen Berkelanjutan (Sustainable Fashion)? --- Zerowaste.id
  • Pemborosan air. Industri fast fashion ini juga menggunakan air dalam jumlah banyak. Hasil penelitian di Eropa menunjukkan bahwa untuk memproduksi 1 buah kaos putih dibutuhkan 2.700 liter air. Menurut Greenpeace jumlah air tersebut sama dengan jumlah air yang diminum 1 orang selama 2,5 tahun. Penggunaan air yang banyak dapat meningkatkan resiko kekeringan, menimbulkan tekanan besar pada sumber air, menurunkan kualitas tanah, dan berbagai masalah lingkungan lainnya (Pola Hidup Konsumtif dan Trend Budaya Fast-Fashion - Teens Go Green Indonesia).
  • Limbah fashion meningkatkan emisi kabon. Pergantian model fashion yang sangat cepat dan produk fast fashion berkualitas rendah yang tidak tahan lama menyebabkan banyak limbah fashion. Di seluruh dunia potensi kerugian dari fashion yang tidak dipakai dan tidak bisa didaur ulang ada sekitar 500 miliar USD per tahun. Limbah fashion tersebut umumnya belum ditangani dengan baik, biasanya hanya dibuang di pembuangan sampah dan dibakar. Pembakaran tersebut mengeluarkan karbon dioksida yang sangat membahayakan sistem pernafasan. Industri fast fashion menghasilkan 1.715 juta ton emisi karbon per tahun sehingga industri ini diprediksi akan meningkatkan kandungan karbon di atmosfir sebanyak 25% pada tahun 2050 (https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c494f4f2/kontroversi-di-balik-industri-fast-fashion).
  • Mengurangi populasi dan keberagaman binatang dilindungi. Industri fast fashion biasanya juga menggunakan bahan baku dari kulit binatang seperti ular, macan, dan hewan lainnya. Penggunaan kulit binatang dalam jumlah besar dapat mengurangi populasi dan keberagaman binatang yang dilindungi (Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan - Zerowaste.id).

REFERENSI:

Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan - Zerowaste.id

https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c494f4f2/kontroversi-di-balik-industri-fast-fashion

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun