Mohon tunggu...
Imam Punarko
Imam Punarko Mohon Tunggu... Guru - Aktivitas membaca dan menulisnya

seorang pengajar yang belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bila Pemilu Jadi Ajang Pamer Elektabilitas

24 Juli 2018   13:25 Diperbarui: 24 Juli 2018   14:10 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebentar lagi hajatan besar bangsa Indonesia 5 tahunan Pesta pemilihan umum (Pemilu) 2019 akan segera dilaksanakan. ramai dipemberitaan para petahana di DPR yang akan mendaftarkan kembali dirinya menjadi caleg, para mantan gubernur kembali menjadi Caleg, hingga dinamika calon presiden yang panas malah dari wakil presidennya. 

bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar demi menyatukan bhineka tunggal ika menjadi satu kesatuan yang utuh dipilihlah jalan demokrasi yang sekarang kita emban. Jalan yang kita pilih mengingat pernah begitu lamanya orde baru berkuasa (32 tahun) menjadi penyebab reformasi harus jalan dengan kebebasan yang sekarang terlihat sebebas-bebasnya. 

Banyak faktor kunci yang bergerak menentukan kemenangan dalam pemilu 2019 mendatang, hajatan besar yang menghabiskan dana fantastis sekitar 20 triliun ini harus di bayar bangsa Indonesia. harapannya perubahan besar terjadi pada bangsa ini. semua kontestan partai tidak dapat jumawa sebab hitung-hitungan pemilih akan bergesar bahkan dalam hitungan menit. 

Semua partai berlomba-lomba meraih suara terbanyak, kompetensi calon di nomer duakan, bagi sebagian partai yang mampu menyandang dana besar akan memberikan uang untuk para calegnya bertarung, jarang memang hanya sebagian kecil partai yang menyatakan itu  PKS dan Nasdem salah satunya yang menyatakan berani mensubsidi kadernya.  dibelakang layar siapa yang tahu? jual beli nomor urut, hingga lobi-lobi tingkat tinggi di berikan untuk menjaring siapa caleg yang layak di tempatkan.

Setidaknya ada isu-isu yang mencuat dari hari ini terkait para calon legislatif ini : mulai dari koruptor yang nyaleg hingga menimbulkan polemik, para menteri yang sudah memutuskan nyaleg kembali demi mendulang suara, artis nyaleg, sampai mantan gubernur yang akhirnya nyaleg kembali.

Kontes politik di era ini membutuhkan biasa ekstra besar,akhirnya partai menyakini bahwa siapa yang memiliki popularitas akhirnya ialah yang paling layak di munculkan sebagai caleg unggulan. partai sudah tak lagi peduli apakah track recordnya bagus atau sejarah kelam tahanan korupsi atau apapun. asal ia populer soal citra bisa di bangun, ada tim sosialisasi, publik relasi, atau apapun yang penting menang dan lolos elektoral treshold. 

Pekerjaan besar bangsa ini untuk memastikan para pemilih adalah pemilih yang sadar akan siapa yang dipilihnya, tidak mudah berubah dengan iming-iming bayaran semata atau lebih buruk mau berubah lantaran serangan fajar. perang di dunia maya jadi ajang fit and proper test walaupun kadang tak dapat ditangkap awam namun siapa yang menang di langit juga akan menang di bumi. mudah-mudahan bangsa ini bisa belajar dari pemilihan 2014 bukan sekedar pencitraan tapi memang benar track record positif dan kompetensi yang jadi pilihan bangsa ini. terlalu banyak yang harus dikorbankan dari kesalahan memilih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun