Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Diskon Pertalite Jawa-Bali Sukses, Pertamina Incar Sumatera

17 September 2020   17:23 Diperbarui: 17 September 2020   17:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dok. Pertamina

Banyak pengguna Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sebenarnya mampu untuk membeli bahan bakar non-subsidi. Namun karena faktor kebiasaan dan ketidak-tahuan terhadap kotornya bahan bakar beroktan rendah, membuat mereka tetap memakai Premium. Dalam anggapan mereka, yang penting murah harganya.

Jika masyarakat paham, bahwa sebenarnya penggunaan Premium itu lebih mahal dari BBM jenis lain, niscaya mereka akan beralih dengan sendirinya. Misalnya soal ancaman lingkungan sebab polusi yang ditimbulkan, efek kesehatan, soal biaya perawatan mesin. Dan tidak lupa soal borosnya pemakaian jika dibandingkan jenis BBM lain yang beroktan tinggi. Biaya semuanya itu jika dijumlahkan tentu akan sangat besar nominalnya.

Untuk menggugah kesadaran itu diperlukan pencerahan secara langsung. Khalayak harus diajak mengalami sendiri bagaimana bedanya menggunakan BBM dengan oktan yang lebih tinggi.  Pertalite misalnya, memiliki oktan 90, bandingkan dengan Premium yang hanya 88. Jika dibandingkan jarak yang ditempuh lebih jauh Pertalite, padahal dengan jumlah takaran yang sama.

Pertamina memunculkan terobosan untuk mengedukasi pelanggan agar memiliki pengalaman merasakan BBM dengan oktan lebih tinggi. Dari sana mereka bisa membandingkan dan mengubah konsumsi BBM-nya di kemudian hari.

Setelah sukses dengan Bali dan Tangerang Selatan (Banten), Pertamina telah melakukan ancang-ancang untuk memperluas proses edukasi itu. Tujuan selanjutnya adalah Sumatera.

Sasaran konsumennya adalah untuk wilayah yang konsumsi Premiumnya tinggi, padahal daya beli masyarakat di sana sebenarnya mampu untuk beralih ke BBM yang beroktan tinggi. Prosesnya sama seperti yang telah dilakukan di Tangerang Selatan, Pertamina menurunkan harga Pertalite sebesar Rp1.200 per liter menjadi Rp6.450 per liter. Harga itu sama dengan Premium, sebab harga normal Pertalite adalah Rp7.650 per liter.

"Kayak kemarin uji coba di Denpasar, kemudian di Tangerang Selatan. Nah kemudian nanti menyusul kota-kota besar lainnya mulai dari Jawa kemudian Sumatera. Mulai dari Sumatera Barat sama Palembang, nah nanti terus bergerak," kata CEO Subholding Commercial & Trading Pertamina Mas'ud Khamid, sebagaimana dikutip CNBCIndonesia, Rabu 16 September 2020.

Masyarakat yang telah mengalami sendiri penggunaan BBM beroktan lebih tinggi dan memang memiliki daya beli, akan terpicu untuk beralih segera. Tujuan ini adalah cara cerdik untuk mengubah pola pikir secara halus. Sebab, kata-kata saja tidak cukup, harus ditempuh langkah nyata untuk memberikan edukasi secara langsung.

"Kami mengedukasi pengguna Premium, tapi sesungguhnya dia punya daya beli untuk membeli Pertamax atau Pertalite. Itu edukasi marketing murni, seseorang yang punya daya beli yang kuat membeli produk yang lebih bagus, tapi karena belum punya pengalaman merasakan BBM bagus, nah kami kasih uji coba," jelas Mas'ud.

Namun yang perlu diketahui, besaran diskon promo yang diberikan ini akan menurun setiap dua bulan. Pada dua bulan pertama, diskon diberikan sebesar Rp1.200 per liter. Kemudian pada dua bulan selanjutnya diskon akan dipotong menjadi hanya Rp800 per liter dan seterusnya. Proses ini sengaja dilakukan agar tidak menimbulkan kejutan bagi mereka yang baru saja memasuki masa peralihan ke BBM yang lebih baik.

Tentu saja diskon ini hanya diberikan untuk BBM jenis Pertalite dan tidak berlaku untuk Pertamax. Karena Pertamax diskonnya diberikan secara nasional lewat My Pertamina dan Link Aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun