Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksinasi Covid-19: Jadilah Bagian dari Solusi, Jangan Melakukan Resistensi

13 Januari 2021   06:07 Diperbarui: 13 Januari 2021   06:37 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tenaga kesehatan, (Shutterstock/Eldar Nurkovic) via kompas.com, 5/9/2021

Oleh: Pudji Widodo

Tenaga Kesehatan prioritas pertama penerima vaksinasi


Apa yang menjadi keraguan masyarakat terkait vaksinasi untuk penanggulangan pandemi Covid 19 terjawab sudah. Setelah MUI pada tanggal 8 Januari 2021 menyatakan bahwa vaksin Coronavac produksi Sinovac Biotech Tiongkok berstatus suci dan halal untuk digunakan, giliran BPOM pada tanggal 11 Januari 2021 memberikan persetujuan penggunaan vaksin dengan status Emergency Use Authorization (EUA). 

Uji klinik di Indonesia menunjukkan efikasi atau kemanjuran vaksin tersebut 65,3%, sementara efikasi hasil uji klinis di Brazil 78% dan di Turki 91,25%. Efikasi vaksin Coronavac di tiga negara tersebut melebihi standar WHO yaitu 50%. Berbeda dengan Indonesia yang partisipan uji klinik adalah masyarakat umum, di Brazil pesertanya para tenaga kesehatan, sedang di Turki 20% tenaga kesehatan dan 80% adalah partisipan beresiko tinggi.

Sebelum izin penggunaan darurat terbit, vaksin Sinovac telah tiba di tanah air dalam 2 sorti penerbangan pada tanggal 6 dan 31 Desember 202 dan segera didistribusikan ke berbagai daerah. Ibarat lomba lari, ini adalah upaya mencuri start, sambil menunggu ijin edar dari BPOM dan sertfikasi halal dari MUI. 

Di beberapa daerah, jauh-jauh hari bahkan sudah dilaksanakan simulasi vaksinasi, Hal ini dilakukan karena situasinya harus memenuhi ketentuan protokol kesehatan. Pelaksanaan vaksinasi Covid 19 tentu saja berbeda dengan misalnya saat terjadi KLB difteri pada tahun 2018, yang juga dilakukan vaksinasi massal Outbreak Respons Immunization (ORI) namun tanpa berbagai pembatasan protokol kesehatan.

Vaksin sinovac yang telah terdistribusi ke daerah ditujukan prioritas pertama untuk vaksinasi para tenaga kesehatan, anggota TNI-Polri dan petugas pelayanan publik. Apa lagi dengan tingginya jumlah nakes yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19, maka memprioritaskan para nakes sebagai sasaran pendahuluan vaksinasi Covid 19 merupakan hal yang mendesak.

Menurut data Amnesty International, sampai awal September 2020 jumlah tenaga medis di seluruh dunia yang meninggal adalah 7000 orang. Adapun 5 besar negara dengan jumlah kematian terbanyak adalah Meksiko 1320 orang, AS 1077 orang, Inggris 649 orang, Brazil 634 orang dan Rusia 631 orang, sementara di Asia terbanyak di India sejumlah 573 orang (www.kompas.com, 5/9/2020)<1>.

Pada kurun waktu yang sama September 2020,  saat itu Indonesia telah kehilangan 129 dokter dari total 228 tenaga kesehatan dan kini pada awal tahun 2021 jumlah itu telah meningkat menjadi 504 orang nakes; diantaranya 237 dokter. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah kita dan negara lain memprioritaskan vaksinasi anticovid 19 bagi para nakes.

Setelah para nakes, menyusul kemudian masyarakat sesuai indikasi akan mendapat  vaksinasi. Untuk itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya   diplomasi yang dilaksanakan Menlu RI guna menjamin tercukupinya kebutuhan vaksin anticovid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun