Analisis Kelayakan Sebuah Informasi
1. Berita ini
Berita Kampung Turis Canggu Dan Potret Kerja Digital Nomad dipublikasikan setelah pemerintah memberikan anjuran PPKM di masa pandemi baru-baru ini. Dari segi judulpun menarik dan tidak biasa diberitakan, membuat pembaca seakan bertanya. Apa sih hubungan atau maksud dari turis dan potret kerja digital nomad tersebut?. Canggu dikenal sebagai surganya turis digital nomaden (biasa juga disingkat digital nomad) atau pengembara digital. Warganegara asing di Canggu, Bali, ini tidak hanya liburan. Mereka juga bekerja. Mengendalikan bisnis dari jarak jauh. Tren workcation cukup membantu di tengah lesunya pariwisata akibat pandemi. Istilah digital nomaden ada sejak beberapa tahun terakhir. Sebutan itu merujuk pada seseorang yang bekerja secara online dan berpindah-pindah tempat. Para pengembara digital umumnya bekerja sambil liburan alias workcation. Di kalangan milenial, workcation tengah menjadi tren. Apalagi saat pandemi sekarang ini. Sebagai warga negara asing (WNA) yang telah menetap lama di Bali, Ichi mengakui bahwa pengembara digital cukup membantu ekonomi daerah di tengah geliat wisata yang lesu akibat pandemi Covid-19.Â
Sebab, kata dia, digital nomaden menyumbang pemasukan yang tidak sedikit bagi usaha mikro di Pulau Dewata. Berita tersebut jelas layak diberitakan, karena sangat memberikan informasi terbaru bagi pembaca. Dari segi keaktualan berita, berita terbaru, tidak biasa, menarik, menyangkut orang, dan berita tersebut bisa dijadikan motivasi atau inovasi. Meskipun hanya segelintir saja sampai ke luar daerah setidaknya masuk dalam deretan beranda berita Pulau Dewata. Apalagi Bali termasuk ikonnya para turis, berita tersebut jelas membantu dalam penyalur informasi baik untuk wisatawan lokal maupun non-lokal.
2. berita ini
Dalam artikel tersebut tercantum "Mahfud kemudian mengatakan mendapat kiriman meme dari Luhut yang dalam bahasa Inggris berjudul "Corona is like your wife." "Corona itu seperti istrimu," katanya. "Ketika kamu mau mengawini, kamu berpikir kamu bisa menaklukkan dia. Tapi sesudah menjadi istrimu, kamu tidak bisa menaklukkan istrimu. Sesudah itu, you learn to live with it. Ya sudah, sudah begitu.""
Artikel tersebut sangat menyinggung kaum perempuan, bagaimana mungkin dua hal yang berbeda malah disamakan. Bukannya lebih baik mencari ilustrasi yang lain. Tunggal Pawestri mengatakan lelucon seperti itu tak layak diumbar di ruang publik, apalagi oleh pejabat negara. Pernyataan ini semakin tidak patut karena saat ini masyarakat, terutama perempuan, sedang kesusahan. Indikatornya adalah "angka kekerasan terhadap perempuan meningkat karena pandemi. Lelucon Bapak Mahfud dan Luhut sangat bertolak belakang dengan upaya membangun relasi yang setara antara suami dan istri di dalam perkawinan dan laki-laki serta perempuan di ruang publik. Relasi setara diharapkan dapat turut mencegah terjadinya KDRT dan kekerasan seksual lain.