Mohon tunggu...
Pter Tukan
Pter Tukan Mohon Tunggu... Seniman - Menyukai Musik. Penulis lepas

Sosiolog Muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Kaum Migran, Merantau atau Membangun Daerah?

22 Januari 2018   11:14 Diperbarui: 23 Januari 2018   13:20 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang migrasi berarti kita berbicara tentang perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah yang lain dalam kurun waktu yang relatif lama apalagi mereka menetap dengan alasan pekerjaan yang mengikat, disiplin, terampil dan cekatan. Dengan alasan itulah sebagian individu berpindah ke kota untuk mulai mengadu nasib dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Mobilitas perpindahan penduduk lebih banyak dirasakan di kota-kota yang padat penduduk yang adalah wujud dari pembangunan di era modern ini. Sabat (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa wujud tersebut seolah menari dalam lingkaran interaksi yang melibatkan individu ataupun kelompok yang mampu untuk membangun daerah baik dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya yang mempengaruhi niat migran di daerah mereka untuk berkerja. 

Niat tersebut tidak terlepas dari faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik dari daerah tujuan. Penduduk yang berasal dari desa cenderung untuk bermigrasi ke kota dengan alasan berbeda pula. Ada sebagian individu beranggapan bahwa dengan bekerja di kota mereka dapat mendulang lebih banyak emas untuk pemenuhan kebutuhan hidup, disamping itu dengan hidup di kota mereka dapat merasakan suasana kekotaan yang jauh dari kesunyian desa yang diibaratkan dengan kemiskinan.

Jauh sebelumnya masyarakat zaman dahulu telah merasakan bermigrasi. Betapa tidak catatan sejarah awal manusia telah menorehkan bahwa manusia telah hidup secara nomaden dengan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Hidup berpindah-pindah ini adalah ciri khusus dari manusia purba yang berusaha untuk bertahan hidup di era tersebut yang penuh dengan alasan hukum rimbahnya. 

Menariknya bahwa hal tersebut terjadi lagi di era postmodern saat ini dalam situasi yang berbeda. Bahwasannya masyarakat kita pun merasakan hal yang sama seperti kala itu, dengan demikian menjawab pernyataan sejarah dapat terulang lagi di masa sekarang, esok dan yang akan datang.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Masyarakat kita adalah masyarakat yang tentu mengenal migrasi dalam kehidupan mereka sehari-hari dan mereka adalah migran itu sendiri. Mereka bermigrasi dari satu wilayah ke wilayah yang lain dengan tujuan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan yang mapan agar kehidupan sosial ekonomi di kampung halamannya menjadi baik dan terpenuhi. Migrasi dalam konteks ini adalah para perantau yang berada dan bekerja di luar wilayah Lamaholot. 

Para perantau dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari dengan jawaban "rae lau ata ekan" atau mereka berada di tanah orang. "ata ekan" artinya wilayah orang adalah tempat di mana para perantau bekerja dan mendapatkan pengahasilan agar dapat di kirim ke kampung halamannya dalam bentuk uang atau barang (sumbangan) yang dalam kajian sosiologis lebih dikenal dengan sebutan remitan. Remitan tersebut merupakan bukti dari para migran bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga dan kepentingan masyarakat.

Terkait dengan ulasan di atas migrasi dapat menyebabkan adanya transformasi sosial-ekonomi. Transformasi sosial-ekonomi dapat didefinisikan sebagai "proses perubahan susunan hubungan-hubungan sosial-ekonomi (sebagai akibat pembangunan). Lee (1966) dalam teorinya " Dorong -- Tarik"(Push-Pull Theory)berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong di desa dan penarik di kota. 

Teori tersebut menerangkan tentang proses pengambilan keputusan untuk bermigrasi yang dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: faktor-faktor yang terdapat di daerah asal yang adalah pemenuhan kebutuhan hidup, faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan bahwa ada alasan untuk mendulang emas lebih banyak, faktor-faktor rintangan yang adalah sulit bagi migran untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak di kampung halamannya, dan faktor-faktor pribadi bahwa ada kecenderungan untuk berada di kota dengan alasan bahwa dapat bekerja dengan baik dan bisa hidup teratur, mapan serta sedikit tidaknya bebas dari aturan adat/tradisi di kampung halamannya yang mengikat. 

Namun bebas di sini bukan berarti melupakan tradisi tersebut, namun juga membantu lewat remitan. Foto di atas merupakan seorang anak dari kampung saya yang ikut merantau bersama orangtuanya ke negeri jiran untuk meraup dan mendulang rezeki. Anak yang tidak tahu menahu tentang kehidupan kini berhadapan dengan situasi sosial ekonomi keluarga yang semakinterlilit. apa kita membiarkan ini terjadi?

Namun, migrasi juga menghasilkan dampak positif maupun negatif dalam kehidupan kita. Di satu sisi kebutuhan dasar individu dapat terpenuhi baik sandang, pangan dan papan. Selain itu juga pendidikan dan kesehatan adalah jawaban bagi terpenuhinya kebutuhan hidup. Seorang anak dapat memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya dan juga kesehatannya dapat terjamin berkat remitan yang diperoleh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun