Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengemudi Seksi Alami Gangguan Jiwa, Benarkah???

17 Oktober 2012   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13504355711914678488

Oleh : dr.Andri,SpKJ (Psikiater, Pengamat Kesehatan Jiwa ; twitter@mbahndi)

Gangguan jiwa kerap menjadi pembicaraan jika terjadi kasus-kasus yang mengagetkan misalnya seperti apa yang dialami Novi, model cantik yang dikatakan hanya memakai bra dan celana dalam saja saat menabrakan mobilnya ke 7 orang di jalan. Banyak kemudian orang bertanya,apakah yang dilakukan Novie adalah termasuk gangguan jiwa karena rasanya tidak mungkin jika orang waras melakukan hal tersebut. Tentunya bukan peran saya di sini untuk memberikan diagnosis gangguan jiwa apa yang dialami Novie. Diagnosis gangguan jiwa harus ditegakkan jika kondisi pasien sudah diperiksa secara langsung oleh dokter. Dalam hal ini psikiater terutama psikiater forensik punya tanggung jawab dalam menentukan hal tersebut. Psikiater forensik bisa menentukan apakah seseorang itu mampu dihadapkan kepada konsekuensi hukum atas perbuatan yang dilakukannya.

Banyak orang yang bertanya apa dan bagaimana halusinasi bisa timbul. Apakah ini berkaitan dengan depresi yang katanya merupakan bagian dari kisah Novie yang disebutkan mengalami depresi?

Pertama harus ditekankan dahulu bahwa diagnosis gangguan kejiwaan HANYA bisa ditentukan dengan pemeriksaan langsung kepada pasien/klien. Psikiater maupun psikolog klinis sesenior ataupun sepengalaman apapun TIDAK BISA mendiagnosis hanya dari cerita orang tentang pasien atau hanya mendengar atau membaca berita di media. Kedua adalah bahwa jika pasien dan klien itu diperiksa oleh dokter, maka apa yang didapatkan oleh dokter tersebut adalah rahasia medis dan merupakan sesuatu yang bersifat RAHASIA sehingga tidak bisa diberikan informasinya ke siapapun kecuali atas perintah pengadilan ataupun pihak yang telah disetujui oleh pasien diberikan informasi terkait itu (misalnya pihak Asuransi).

Hal-hal ini yang sering tidak dipahami oleh masyarakat banyak dan teman-teman media. Kadang juga ada profesional di bidang kesehatan jiwa baik dokter, psikolog, pendidik, konselor yang seolah-olah memeriksa pasien dan memberikan keterangan yang tidak didasarkan pada bukti dan kenyataan yang ada pada pasien. Berandai-andai akan diagnosis adalah sesuatu yang tidak diperkenankan dan melanggar etika kedokteran.

Halusinasi Itu Apa?

Halusinasi adalah gangguan persepsi. Dalam ilmu kedokteran jiwa, Halusinasi biasanya dibagi lagi menjadi Halusinasi Auditorik (pendengaran), Halusinasi Visual (penglihatan) dan Halusinasi Taktil (perabaan). Halusinasi auditorik adalah gangguan persepsi yang paling sering dialami oleh pasien gangguan jiwa berat seperti skizofrenia yang digolongkan dalam gejala psikotik. Halusinasi auditorik bisa dibagi lagi menjadi yang bersifat Commenting (berkomentar) atau Commanding (memerintah).  Halusinasi memang menjadi ciri khas gangguan kejiwaan berat TETAPI orang dengan gangguan jiwa berat BUKAN SATU-SATUNYA yang bisa mengalami Halusinasi. Pasien depresi dengan ciri psikotik, pasien bipolar dengan ciri psikotik, pasien skizofrenia, pasien yang mengalami masalah dengan penggunaan zat terlarang bisa mengalami halusinasi.

Pasien yang memakan obat-obat untuk menstimulasi otak (stimulan) seperti metamfetamin dan amfetamin (dikenal dengan nama Ecstasy dan Sabu) atau zat halusinogen bisa menyebabkan halusinasi baik auditorik maupun visual. Obat-obat jenis ini biasanya digunakan untuk “rekreasi” dan sangat dikenal di kalangan para clubbers di kota-kota besar terlebih Jakarta. Efeknya yang segera dan kuat membuat orang yang “normal” sekalipun bisa terpengaruh sistem otaknya dan menjadi mengalami gejala halusinasi. Walaupun orang tersebut dalam kehidupan sehari-harinya dianggap tidak mengalami gangguan jiwa.

Sakit fisik medis yang berat juga daapat menyebabkan gejala-gejala halusinasi. Malaria ataupun demam tiphoid yang berat bisa menyebabkan orang tersebut mengalami halusinasi karena adanya gangguan sistem otak yang disebabkan karena sakitnya.

Pemeriksaan Psikiatri Lengkap

Untuk diagnosis gangguan jiwa dan mencari penyebab timbulnya gejala halusinasi pada pasien, pemeriksaan psikiatri lengkap harus dilakukan tanpa kecuali. Hal ini lah yang perlu dilakukan pada pasien terutama yang terlibat masalah hukum. Pemeriksaan psikiatri forensik diperlukan jika kasus ini berkaitan dengan kemampuan orang itu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Berandai-andai tentang gangguan jiwa yang dimiliki pasien adalah suatu hal yang sangat tidak diperbolehkan. Apalagi jika masalah ini berkaitan dengan kemampuannya bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Semoga tulisan ini sedikit bisa membantu pemahaman kita semua. Salam Sehat Jiwa [caption id="attachment_204450" align="aligncenter" width="250" caption="Dr Andri SpKJ "][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun