Sampai saat tulisan ini diturunkan, sudah ada 172 kasus positif COVID-19 yang disampaikan pemerintah Indonesia.Â
Media pun dipenuhi oleh berbagai macam berita terkait dengan COVID-19 ini termasuk media sosial seperti Whatsapp yang tiada hentinya dipenuhi oleh postingan teman-teman baik secara pribadi maupun di group Whatsapp. Berbagai informasi ini tentunya sedikit banyak berpengaruh terhadap bagaimana kita merespon masalah terkait COVID-19 ini.Â
Menariknya tidak semua masyarakat percaya adanya wabah COVID-19 ini. Saat saya memposting di Twitter saya (@mbahndi) bahwa ada pasien saya yang tidak percaya bahwa Covid-19 ini sudah ada di Indonesia.
Dia mengatakan, tidak usah khawatir karena dengan doa kita akan terhindar dari COVID-19, ada banyak RT dan balasan tweet di status ini yang menyatakan hal yang sama.Â
Masih banyak orang Indonesia yang tidak teredukasi baik dengan adanya COVID-19 ini dan malah tetap santai melakukan kegiatan berkumpul di luar rumah walaupun sudah ada saran dari presiden Jokowi sendiri untuk melakukan kerja, belajar dan ibadah dari rumah.Â
Beberapa kali saya melihat postingan gambar orang antri di stasiun MRT atau berdesakan di halte busway yang memperlihatkan himbauan untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dengan orang lain tidak terlalu dihiraukan.Â
Imbauan untuk berada di rumah selama dua minggu ke depan untuk mencegah penularan wabah COVID-19 yang lebih besar bukan tanpa alasan.Â
Rata-rata negara yang terinfeksi COVID-19 dalam jumlah banyak telah melakukannya lebih dulu. Lihat saja Wuhan, China yang tidak memperbolehkan warganya keluar rumah selama beberapa minggu sampai tidak merayakan tahun baru imlek.
Italia yang kecolongan dan menyesali lambatnya mereka bertindak untuk mengatasi COVID-19 dengan membatasi gerak masyarakatnya akhirnya sekarang juga melakukan lock-down. Masih banyak contoh di negara lain yang kita ketahui melakukan pembatasan gerak masyarakatnya.Â
Lalu mengapa masyarakat kita terkesan cukup santai menghadapi ini?Â