Mohon tunggu...
PromdesBiokoffa
PromdesBiokoffa Mohon Tunggu... Universitas Jember

Program Mahasiswa Desa (Promahadesa) Universitas Jember Tahun 2025

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Circullar Collaboration Desbumi,Kelompok Tani Mandiri, Ketakasi dan Mahasiswa Unej Menghasillkan Produk "BIOKOFFA"

7 September 2025   22:10 Diperbarui: 7 September 2025   22:10 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Patner Kerja sama Ksu Ketakasi 

Program Mahasiswa Berdesa (Promahadesa) merupakan program pengabdian masyarakat yang digagas oleh Universitas Jember untuk mendorong inovasi dan pemberdayaan di desa melalui kolaborasi antara mahasiswa, perangkat desa, dan masyarakat lokal.Sebagai wujud nyata kontribusi mahasiswa terhadap pembangunan desa berkelanjutan, Tim Biokoffa Universitas Jember 2025 melalui program Promahadesa (Program Mahasiswa Berdesa) meluncurkan inovasi produk berbasis limbah kulit kopi. Inovasi ini menghasilkan dua produk utama, yaitu pupuk organik padat dan sabun cuci piring organik (dishwash), yang seluruhnya dikembangkan dari limbah kulit kopi hasil panen masyarakat Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.

Kegiatan pengembangan produk ini tidak dilakukan secara mandiri, melainkan berlandaskan kolaborasi yang erat dengan perangkat Desa Sidomulyo dan tiga mitra utama. Ketakasi, sebagai pelaku usaha kopi yang telah lama beroperasi di wilayah Silo, berperan aktif dalam menyediakan bahan baku limbah kulit kopi sekaligus mengedukasi petani untuk memilah limbah secara bijak. Dukungan ini juga meliputi promosi produk Biokoffa sebagai inovasi ramah lingkungan.

Gambar 2. Patner Kerja sama Kelompok Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI)
Gambar 2. Patner Kerja sama Kelompok Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI)

Gambar 3. Patner Kerja Sama Kelompok Tani Mandiri 
Gambar 3. Patner Kerja Sama Kelompok Tani Mandiri 

Selain itu, Kelompok Tani Mandiri  menjadi mitra edukasi lapangan yang secara langsung membantu dalam proses uji coba pupuk organik padat di lahan pertanian mereka. Para petani dilibatkan dalam pelatihan penggunaan dan produksi mandiri, dengan harapan mereka dapat menjadi agen penyebar praktik pertanian ramah lingkungan di wilayah setempat. Sementara itu, Komunitas Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran) yang beranggotakan para ibu rumah tangga turut mengambil peran penting dalam proses produksi, pengemasan, dan pelatihan pembuatan sabun cuci piring organik. Keterlibatan ini memberikan keterampilan baru yang dapat membuka peluang usaha rumahan sekaligus memperkuat kemandirian perempuan desa.“Lewat kegiatan ini, kami ingin berterima kasih, banyak pelajaran yang kami dapat disini terutama dalam pembuatan sabun cuci piring dari limbah kulit kopi untuk yang pupuk organik sendiri kami jadi lebih memahami komposisi yang tepat ,” ungkap salah satu anggota kelompok tani. 

Upaya pemberdayaan ini selanjutnya diimplementasikan melalui rangkaian uji coba produk berbasis limbah kulit kopi, yang difokuskan pada pengembangan pupuk organik padat serta sabun organik ramah lingkungan sebagai langkah nyata menuju pertanian berkelanjutan dan peningkatan kemandirian ekonomi masyarakat. 

whatsapp-image-2025-09-07-at-21-56-16-68bd9d45c925c40d7b06e342.jpeg
whatsapp-image-2025-09-07-at-21-56-16-68bd9d45c925c40d7b06e342.jpeg
Proses uji coba produk dimulai dengan pembuatan pupuk organik, yang memanfaatkan limbah kulit kopi fermentasi sebagai bahan dasar pupuk ramah lingkungan.Proses ini diawali dengan pengumpulan limbah kulit kopi dari hasil panen, yang kemudian melalui tahap fermentasi untuk menghasilkan bahan dasar pupuk. Fermentasi dilakukan dengan penambahan bahan pendukung alami untuk mempercepat penguraian dan meningkatkan kualitas nutrisi pupuk. Setelah melalui proses fermentasi yang terkontrol, bahan kemudian dikeringkan hingga kadar airnya sesuai standar. Tahap akhir adalah penggilingan dan pengemasan menjadi pupuk organik padat siap pakai yang aman untuk tanaman serta ramah lingkungan. Sementara itu, uji coba dishwash dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, tim mengekstrak zat aktif dari kulit kopi yang memiliki sifat pembersih alami. Tahap kedua dilakukan untuk menguji komposisi campuran antara ekstrak kulit kopi, bahan pengikat alami, dan aroma organik yang aman bagi kulit. Sedangkan tahap ketiga difokuskan pada uji stabilitas dan daya bersih, memastikan sabun tidak mudah mengendap serta efektif membersihkan lemak tanpa meninggalkan residu berbahaya. Setelah memenuhi standar uji coba, sabun dikemas dalam botol ramah lingkungan yang mudah digunakan oleh konsumen.

Sebagai tindak lanjut dari rangkaian uji coba tersebut, Fakultas Pertanian Universitas Jember melalui Laboratorium Ilmu Tanah kemudian melakukan analisis laboratorium terhadap kualitas pupuk organik yang dihasilkan. Hasil uji menunjukkan bahwa sampel pertama pupuk kandang (PK)  memiliki kadar air 14,00%, C-organik 21,95%, N-total 1,54%, P₂O₅ 0,10%, dan K₂O 0,13%, sedangkan sampel kedua Kotoran Hewan (KH) tercatat dengan kadar air 23,48%, C-organik 30,68%, N-total 0,77%, P₂O₅ 0,11%, serta K₂O 0,14%. Jika dibandingkan dengan standar pupuk organik menurut SNI, sampel pertama dinilai lebih baik karena sebagian besar parameter sudah memenuhi standar meskipun kadar K₂O masih rendah. Secara keseluruhan, pupuk organik ini sudah layak digunakan. 

Inovasi dari limbah kulit kopi ini juga melahirkan produk  yang tak kalah potensial. Dengan harga yang terjangkau, pada produk dishwash dan pupuk organik ini tidak hanya memberikan manfaat besar bagi konsumen, tetapi juga menjanjikan keuntungan yang menarik bagi penjual. Misalnya, pada dishwash kemasan 100 ml seharga Rp3.500 menghasilkan laba sekitar Rp951 per botol, paket isi tiga botol 100 ml seharga Rp10.000 tetap memberi margin serupa, sementara kemasan 500 ml seharga Rp15.000 mampu menghasilkan keuntungan lebih besar, yakni sekitar Rp3.716 per botol. Sementara untuk pupuk organik, penjualan sebanyak 10 kg seharga Rp12.000 mampu memberikan keuntungan sekitar 30% dengan laba kurang lebih Rp4.000. Keunggulan ini menunjukkan bahwa baik pupuk organik maupun produk dishwash dari limbah kulit kopi tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menyimpan peluang bisnis yang menjanjikan bagi masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun