Mohon tunggu...
Priyandono Hanyokrokusumo
Priyandono Hanyokrokusumo Mohon Tunggu... -

Guru di SMAN 1 Gresik. Nyambi sebagai penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Bonus Demografi

23 Desember 2013   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:34 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Guru bagaikan dian penerang dalam gulita. Kita bisa membaca, menulis, dan berhitung karena diajari guru. Kita bisa mendapat pekerjaan layak, guru jualah yang mengantarkannya. Kita bisa berkreasi, berinovasi, dan berwirausaha, tetap guru yang memiliki andil besar. Tanpa guru, kita tak akan bisa seperti ini.

Guru memiliki peran yang amat strategis. Keberhasilan proses dan hasil pendidikan tidak bisa dipisahkan dari fungsi, peran, dan kedudukan guru. Kehadiran guru senantiasa ditunggu oleh siswa siswinya. Sebab mereka haus akan ilmu yang diajarkan guru. Anak-anak selalu menantikan sentuhan tangan dingin para pendidik.Karena itu, ruang-ruang sebagai tempat para guru berkarya, berkreasi, dan berinovasi harus senantiasa diciptakan

Di era global, keunggulan sebuah negara tidak lagi diukur dari melimpah ruahnya sumber daya alam yang dimiliki, tetapi diukur dari kualitas sumber daya manusianya. Tahun 2040 kita mendapatkan bonus kependudukan (Demografy Deviden). Artinya dalam kurun waktu tersebut banyak penduduk yang berusia produktif. Puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2025

Tahun 2030 Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu dari 6 kekuatan ekonomi dunia. Untuk menuju ke sana dibutuhkan 115 juta tenaga trampil (skill worker). Ini harus diisi tenaga dari Indonesia. Kalau tidak maka akan diisi orang-orang ekspatriat. Di sinilah peran, kedudukan, dan fungsi guru diuji. Mereka (baca: guru) memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola bonus kependudukan. Di pundak guru masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Mereka diharapkan mampu menyiapkan skill worker berdaya saing global.

Salah satu ciri tenaga trampil yang memiliki daya saing internasional adalah pintar dan sehat. Sehat tapi tidak pintar maka akan menjadi beban negara. Karena mereka tidak memiliki kompetensi yang signifikan untuk disumbangkan kepada bangsa dan negara.Pintar tapi tidak sehat juga menjadi beban. Karena mereka sakit terus sehingga tidak bisa mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya.

Gurunya pun harus sehat dan pintar. Kalau guru sehat tapi tidak pintar maka mereka tidak bisa mengajar yang pada gilirannya tidak dapat menghasilkan out put yang diharapkan pasar. Sebaliknya, kalau guru pintar tapi tidak sehat, ya percuma.Kalau mengajar sedikit-sedikit batuk. Menerangkan baru 5 menit batuk batuk. Kalau ditanya muridnya batuk. Batuk terus, lama-lama siswanya tidak ada yang mau bertanya karena kasihan jangan jangan kalau ditanya terus malah muntah darah.

Untuk menghasilkan tenaga trampil dibutuhkan guru-guru yang hebat. Oleh karena itu guru harus senantiasa meng-up-date diri agar mampu menjaga komitmen profesionalismenya. Mereka harus aktif mengembangkan diri. Untuk dapat mengembangkan dirinya, guru harus rajin mengikuti pendidikan dan latihan serta workshop. Tanpa mengembangkan diri maka guru akan sulit mengaktualisasikan dirinya pada dunianya. Kondisi ini sangat membahayakan karena bisa mengaburkan jati dirinya sebagai seorang guru.

Dengan rajin mengembangkan diri maka wawasan dan pengetahuan guru akan semakin luas. Guru yang memiliki wawasan yang luas dijamin tidak picik terhadap kenyataan yang ada dan tidak gamang menatap masa depan. Pemikiran-pemikiran serta keputusan-keputusannyatidak akan tenggelam oleh hal-hal yang jauh dari kearifan.

Di samping mengembangkan diri, guru juga harus mengimplementasikan gagasan besarnya yakni menciptakan karya inovasi. Ide besar itu tidak boleh disimpan di dalam kepala terus. Dengan karya inovasi maka guru akan memiliki kualitas daya pembeda. Semakin banyak guru yang menghasilkan karya inovasi maka atmosfer kompetisi antarguru akan semakin ketat. Dengan memiliki karya inovasi terbaik berarti kemampuan untuk menyisihkan “lawan” sudah terkantongi.

Kegiatan penelitian dan penulisan seyogianya dijadikan tradisi keilmuan di sekolah. Lucu dan ironi sekali kalau guru tidak bisa menulis. Dengan menulis berarti kita mampu mengekspresikan apa yang ada di benak kita. Menulis berarti melakukan analisis-kritis terhadap sebuah persoalan yang sedang mengemuka.

Guru yang piawai menulis adalah guru yang memiliki kualitas daya pembeda sangat tinggi. Tanpa bermaksud mengecilkan peran tokoh wanita yang lain, Raden Ajeng Kartini, setiap tanggal kelahirannya 21 April diperingati hari Kartini. Padahal banyak tokoh wanita di negeri ini yang sepak terjangnya hampir sama dengan Kartini. SK. Trimurti, misalnya. Tapi Kartini yang lebih dikenal dan dikenang. Apa pasal ? Salah satu alasannya, Kartini memiliki kelebihan. Dia mau menulis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran, serta harapan-harapannya.

Kalau guru rajin mengembangkan diri, produktif dalam hal karya inovasi, gemar menulis mengungkapkan pandangan serta pikiran-pikiran besarnya, saya yakin guru akan mampu memanfaatkan dan mengelola bonus demografi. Ke depan Indonesia bakal menjadi salah satu dari 6 kekuatan dunia bukanlah sebuah utopia. Smoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun