Mohon tunggu...
Priskilla MarethaDina
Priskilla MarethaDina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknologi Pendidikan

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Era Disruptif Menuju Masyarakat 5.0

21 November 2022   12:39 Diperbarui: 21 November 2022   12:52 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam perkembangan peradaban di Negara Republik Indonesia. Peran pendidikan dalam membangun moral bangsa Indonesia mulai sejak zaman perjuangan, kemerdekaan hingga zaman millennial sekarang ini sangatlah besar. Namun dengan adanya perkembangan zaman yang sangat cepat hingga sampailah kita pada era yang dinamakan era disrupsi, pendidikan dituntut dapat menyeimbangkan peradaban masyarakat. Era disrupsi mendorong kita  dalam berpikir cepat dan berorientasi pada target. Dari semula yang menggunakan sistem manual sekarang berubah menjadi sistem digital. 

Hingga pada sistem pendidikanpun harus segera menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang semakin mutakhir ini. Dalam dunia pendidikan nasional, mau tidak mau harus juga menyesuaikan dengan perubahan zaman yang semakin mutakhir ini. Pendidikan sebagai sarana penyalur ilmu pengetahuan (transfer knowledge) secara tidak langsung harus memiliki sistem yang dapat mendukung bagi terselenggaranya kegiatan tersebut. Era disrupsi ini akan memberikan kemudahan pula bagi kegiatan transfer pengetahuan dalam dunia pendidikan ini. Dapat diambil contoh ketersediaan media pembelajaran yang canggih, sistem internet yang memadai, sistem pembelajaran dalam jaringan (online) dan berbagai kecanggihan dunia pembelajaran informatika lainnya.

Peran Pendidikan Dalam Membangun Moral Bangsa Di Era Disrupsi Era Disrupsi sebenarnya berkaitan dengan perubahan konsep dalam dunia teknologi yang dikenal dengan revolusi industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab Ekonom terkenal asal Jerman itu menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia. 

Revolusi industri yang pertama era 1.0 terjadi pada akhir abad ke-18. Ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. 

Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Banyak orang menganggur tapi produksi diyakini berlipat ganda. Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Kala itu ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja.Sistem yang seperti ini pada waktu itu sangat membantu bagi beberapa perusahaan lebih efektif dalam melakukan pengelolaan pekerjaan. 

Pada awal tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan revolusi industri 3.0. Dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Debut revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yakni modem 084-969. Sistem otomatisasi berbasis komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia. 

Dampaknya memang biaya produksi menjadi lebih murah. Sekarang adalah zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things. Dari pemahaman konsep revolusi industri itulah seluruh sektor kehidupan wajib menyesuaikan diri dengan perkembangannya. Revolusi zaman 4.0 kerap dinamakan era disrupsi.

Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). 

Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi. Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. 

Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dalam memberikan kriteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial. Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti

Era disrupsi disamping memiliki nilai positif juga mendatangkan nilai negatif bagi bangsa ini. Nilai positif dari era ini adalah tersedianya akses informasi yang luar biasa cepatnya. Namun disisi lain masyarakat juga tidak mudah menolak adanya kebudayaan yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita, oleh karena itu mereka terpengaruh dengan kebiasaan yang buruk melalui berbagai pengaruh baik media elektronik, style, dan gaya hidup yang serba lebih ke modern-modernan Perkembangan teknologi dan budaya membuat sebagian orang di Indonesia menyalahgunakannya dengan berbagai kemauan dan kehendak mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun