Mohon tunggu...
Priscilla Geraldine
Priscilla Geraldine Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

mahasiswa FKUI 2019

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Isu Kedokteran: Vape Vs Rokok

19 Agustus 2019   19:37 Diperbarui: 19 Agustus 2019   20:19 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Vape atau sering juga dikenal sebagai e-cigarette adalah sebuah alat yang dapat mengubah cairan, yang biasanya mengandung nikotin, perasa, dan zat aditif lainnya, menjadi aerosol yang dapat dihirup oleh penggunanya. Semakin hari, pengguna rokok konvensional semakin sedikit dengan beralihnya orang-orang ke penggunaan vape atau rokok elektrik.(1) 

Dengan semakin populernya vape, muncul pertanyaan apabila benar vape lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional dan benarkah penggunaan vape atau rokok elektrik dapat mencegah komplikasi kesehatan yang mendampingi penggunaan rokok tradisional.

Di satu sisi, penelitian menunjukkan bahwa vape efektif dalam membantu perokok untuk mengurangi jumlah rokok yang dihisap per hari. 

Penelitian menunjukkan bahwa 9% dari sampel yang menggunakan vape berhasil berhenti merokok. Sedangkan hanya 5% yang berhasil berhenti merokok jika menggunakan metode lain seperti patch nikotin atau alat plasebo.(2)

Selain itu, vape tidak mengandung tar dan tidak melepaskan gas karbon monoksida yang ada saat rokok tradisional dibakar. Jumlah karsinogen dalam vape dibanding rokok biasa juga lebih sedikit, sehingga resiko kanker pengguna vape lebih rendah. Secara keseluruhan, vape dianggap lebih aman dan sehat dibanding rokok konvensional.(3) 

Vape juga lebih aman saat digunakan di rumah dibanding rokok biasa. Jumlah nikotin yang tertinggal di permukaan rumah seseorang yang vape hampir sama dengan seseorang yang sama sekali tidak merokok.(4)

Namun di sisi lain, vaping juga memiliki risiko kesehatan lainnya tersendiri. Aerosol yang berada dalam vape justru mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya. Contohnya, benzena yang dapat ditemukan dalam asap knalpot, diasetil yang dapat menyebabkan penyakit pada paru-paru, dan berbagai logam berat seperti nikel, timbal, dan timah. Selain itu, kandungan nikotin dalam vape biasanya lebih keras, sehingga bisa meracuni pengguna bila kadarnya tidak diukur dengan benar. Seseorang yang menggunakan vape juga menghisap formaldehid lebih banyak daripada pengguna rokok biasa.(5-6)

Selain itu, walaupun tidak dibakar, baterai dalam vape dapat menjadi terlalu panas dan berpotensi meledak. Penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa vape membantu perokok untuk berhenti merokok, tidak didukung dengan kualitas data dan penelitian yang baik. 

Justru, dengan ragam rasa dan warna yang ditawarkan, lebih banyak anak muda yang menggunakan vape sekarang. Sehingga, walaupun lebih aman disbanding rokok konvensional, adanya vape meningkatkan penggunaan nikotin secara keseluruhan, terutama dikalangan anak-anak muda.(1,5)

Dari kedua perspektif di atas, dapat disimpulkan bahwa vape, dibandingkan rokok, memiliki baik nilai positif maupun nilai negatif tersendiri. 

Pada akhirnya, klaim bahwa vape dapat membantu perokok berhenti merokok kurang didukung oleh bukti-bukti yang baik, walaupun memang mungkin bagi sebagian orang hal tersebut adalah benar.(7) Sedangkan pernyataan bahwa vape lebih sehat dari rokok konvensional memang benar, tetapi hal tersebut bukan berarti vape sendiri 'sehat'. Vape pun memiliki risiko kesehatan yang walaupun tidak seburuk rokok tradisional, tetapi tetap saja berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun