Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Inflasi yang Tak Lagi Sama

29 April 2020   21:24 Diperbarui: 29 April 2020   21:26 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang selalu muncul saat Ramadan? Tanyakan itu pada ekonom. Jawabannya akan selalu inflasi.

Namun, inflasi pada Ramadan tak selalu dianggap negatif. Dalam batas wajar, fenomena kenaikan harga tersebut menunjukkan gairah jual-beli. Permintaan yang meningkat lumrah apabila dibarengi dengan kenaikan harga.

Namun, hari-hari ini inflasi tak lagi bisa dipandang sama. Inflasi pada Maret 2020 dilaporkan 2,96% yoy. Hanya 0,1% mom.

Meski angka inflasi rendah, kenaikan harga terjadi. Namun, kenaikan harga itu tak menunjukkan gairah yang semembara tahun lalu. Pandemi terjadi. Ekonomi lesu. Namun, harga-harga tetap naik sebagai respons atas kelangkaan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Inflasi sendiri terdiri dari tiga komponen, yakni inflasi inti (core inflation), inflasi volatile food, dan inflasi yang diatur pemerintah (administred price). Pada bulan Ramadhan, komponen inflasi yang mengalami kenaikan adalah volatile food atau kelompok bahan makanan. Menariknya, inflasi yang diatur Pemerintah (administred price) seperti harga listrik mengalami penggratisan dan subsidi bagi pengguna 450 VA dan 900 VA bersubsidi.

Beruntung, saya tinggal di Bogor. Dekat dengan banyak sumber pertanian dan peternakan. Harga sembako masih relatif stabil. Kalaupun naik, naiknya masih bisa diterima, sekitaran 10%.

Sepanjang April ini, daging ayam kampung yang harganya naik paling tinggi. Dari 60 ribuan menjadi sekitar 75 ribu. Daging ayam potong naik sedikit menjadi 37 ribu. Telur ayam kampung naik 2-3 ribu per kilogram, cabai merah keriting naik menjadi Rp50 ribu/kg, cabai rawit hijau naik menjadi Rp31 ribu, cabai merah biasa juga naik menjadi Rp48 ribu, tomat sayur naik menjadi Rp8 ribu/kg, dan ikan kembung menjadi Rp40 ribu. Selain itu, harga stabil dan bahkan turun.

Di sisi lain, ada kabar baik. Pandemi mengajarkan kita untuk kembali ke alam. Saya jadi rajin menanam bahan-bahan dapur seperti sereh, lengkuas, dan jahe. Saya juga menanam cabai dan kangkung. Barangkali sekarang waktunya kita mempersiapkan diri agar bisa memenuhi kebutuhan dapur sendiri. Tipis-tipislah. Tinggal nanti beli laul-lauk yang nggak bisa diproduksi sendiri seperti ikan dan ayam.

Inflasi dan kenaikan harga, serupa tapi tak sama. Inflasi pandemi tentu berbahaya. Namun ketakutan lebih berbahaya. Yuk ah!

Selain itu, ada perenungan lain yang lebih dalam. Selama di rumah saja, kita belajar untuk tidak lebih konsumtif selama Ramadan. Makan saja sewajarnya. Maksimal dua kali sehari, bukan? Sahur dan buka.

Mungkin inilah saatnya kita meninggalkan kebiasaan pengeluaran di bulan Ramadan yang lebih tinggi dari bulan lain. Kita belajar berhemat. Bila perlu, seringkali hanya makan nasi sehari sekali. Saat berbuka saja. Sahur bagaimana? Makan dua butir kurma dan telur rebus saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun