Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Wajah Muram Kepulauan Riau

4 Oktober 2017   14:45 Diperbarui: 4 Oktober 2017   16:08 5156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Dompak menghubungkan pulau Dompak dengan pulau Bintan. Dokumentasi pribadi.

Bila bisa menangis, mungkin Kepulauan Riau tengah menangis saat ini. Pembangunan yang seyogyanya terus berlangsung malah menerima kabar duka. Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau menjadi yang terburuk di Sumatra dan nomor dua terburuk secara nasional. Nilai 1,52% tentu jauh di bawah 5,01% nilai nasional.

Apa artinya angka pertumbuhan ekonomi 1,52% (c-to-c) bagi masyarakat?

Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi bisa dipandang sebagai kemampuan faktor-faktor produksi milik warga (domestik maupun asing) di wilayah tersebut untuk memproduksi barang dan jasa. Misalnya, Kepri lekat dengan budaya minum kopi. Kita bisa melihat situasi warung kopi di Kepri untuk meraba pertumbuhan ekonomi. Apakah jumlah warung kopi meningkat ataukah banyak warung kopi yang tutup? Apakah jumlah penjualan gelas kopinya meningkat ataukah justru menurun? 

Kepulauan Riau terdiri tujuh Kota/Kabupaten. Ada Batam, Tanjung Pinang, Bintan, Anambas, Lingga, Natuna dan Karimun. 

Tiap wilayah tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk dari sektor yang memiliki kontribusi terhadap perekonomian. Batam adalah kota industri, sedangkan Anambas dan Natuna adalah wilayah migas. Tanjung Pinang dijadikan kota administratif, pusat pemerintahan, sedangkan Lingga bisa jadi kuat di sektor makanan pokok.

Kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kepri secara sektoral ada di sektor industri. Porsinya mencapai 36,62% terhadap PDRB Kepri. Sektor terbesar kedua adalah sektor konstruksi dengan porsi 17,70%. Sektor terbesar ketiga adalah sektor pertambangan dengan porsi 14,36%.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi Kepri terjadi karena adanya penurunan pada sektor tersebut. Penurunan terjadi terutama pada sektor pertambangan dan sektor industri. Sektor pertambangan turun -4,32%, sedangkan sektor industri turun -0,44%.

Dari sisi pendekatan pengeluaran, tiga komponen terbesar pembentuk PDRB Kepri adalah Investasi (PMTB), Konsumsi RT, dan disusul oleh Net Ekspor yang masing-masing berporsi 42,47%, 40,01%, dan 14,78%. Porsi ini berbeda dengan porsi nasional yang didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Hal ini menunjukkan kebergantungan Kepri pada investasi sehingga kebijakan pemerintah diarahkan sebaiknya pro investasi.

Data-data di atas menunjukkan hal lain, yakni dominasi Batam pada pertumbuhan Kepulauan Riau. Kalau Batam lesu, Kepri akan ikut lesu. Implikasinya adalah pemerintah daerah harus menjaga agar Batam tidak lesu, atau melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Batam. Caranya bisa dengan menumbuhkan potensi perekonomian yang lain atau mendistribusikan sektor industri ke daerah lain dengan cara pembangunan infrastruktur yang terintegrasi.

Bicara investasi (PMTB) bukan berarti hanya kontribusi swasta di dalamnya, melainkan juga peran belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah. Tahun 2017, 54,91% alokasi infrastruktur berada di Batam. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah cenderung menjaga agar Batam tidak lesu ketimbang melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Batam.

Pemilihan infrastruktur yang tepat sebenarnya bisa menjadi solusi penggerak pertumbuhan ekonomi. Misalnya, pembangunan jembatan antara Batam ke pulau Bintan harus segera direalisasikan, dengan catatan memang ada kajian yang bisa dipertanggungjawabkan. Metode yang sering digunakan untuk menghitung manfaat dari pembangunan infrastruktur adalah capital budgeting dengan cost benefit analysis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun