Sama dengan koleksi benda apa pun, pada dasarnya itu adalah bentuk keegoisan diri kita. Kita egois menyimpan benda-benda tertentu, sementara di luar sana mungkin ada yang lebih membutuhkan. Di tangan kita barang-barang itu menganggur tidak terpakai, sementara di tangan orang lain mungkin barang yang kita koleksi itu lebih bermanfaat.
Dengan kata lain, kutipan dari BookCrossing itu dapat kita maknai menjadi
Jika kamu mencintai barang koleksimu, biarkan mereka pergi
Decluttering, Menyingkirkan Barang-barang Koleksi
Jadi, sejak membaca kutipan itu, saya mulai melepas satu per satu koleksi buku saya. Kebanyakan saya sumbangkan untuk perpustakaan umum atau taman baca. Sebagian lagi saya berikan ke teman-teman yang meminta.Â
Sejak terbiasa melepas koleksi buku, saya akhirnya terbiasa pula melakukan decluttering, alias menyingkirkan membuang barang koleksi atau benda-benda lain yang tidak terpakai. Meski begitu, bukan perkara mudah untuk membuang barang-barang yang tidak terpakai ini.
Bahkan istri saya sempat marah ketika saya mengajaknya bersih-bersih koleksi baju, sepatu sampai toples tupperware.
"Ini masih muat kok, Mas."
"Aduh, ini kan baju kenangan?"
"Sepatu model ini kan masih tren?"
"Jangan dong, tupperware beli mahal-mahal kok mau dikasihkan orang."