Mustahil seseorang bisa menulis jika dia tidak pernah membaca. Kalau ada orang mengatakan sebaliknya bahwa dia bisa menulis tanpa pernah membaca, itu bohong. Mungkin dia bicara seperti itu untuk menarik perhatian. Lewatkan saja.
"Jika Anda ingin menjadi penulis, Anda harus melakukan dua hal di atas segalanya: banyak membaca dan banyak menulis." - Stephen King
Kebanyakan penulis pemula yang kutemui sering mengatakan hal yang sama, "Saya tidak punya waktu untuk membaca."
Ini kebohongan populer. Benarkah kita tidak memiliki waktu untuk membaca?
Untuk sebagian kecil orang, hal itu mungkin benar. Waktu mereka lebih berharga untuk digunakan mencari nafkah daripada membaca buku.
Tapi bagi kita yang katanya berpendidikan lebih baik, ada begitu banyak waktu untuk membaca. Saat kita menghabiskan 20 menit untuk menggulirkan umpan Facebook atau Instagram di gawai, itu artinya kita sedang membaca.Â
Saat kita memilih untuk mengeklik judul yang menarik dari sumber berita yang meragukan, kita sedang membaca. Saat kita menjelajah tanpa alasan, kita sedang membaca.
Terbukti kan kalau kita memiliki banyak waktu untuk membaca? Perbedaannya hanya terletak dari jenis bacaan yang kita pilih.Â
Tanpa Membaca Tulisan Kita Tak Bermakna
Selain kebohongan yang populer, alasan tidak punya waktu untuk membaca juga ironi bagi orang yang ingin jadi penulis.
Kita ingin menulis, tapi tidak banyak membaca. Kita mengeluh tak punya ide, tapi enggan membaca. Mengutip perumpamaan dari artikelnya pak Bambang Trim, orang yang ingin jadi penulis, tapi malas membaca sama dengan anak muda yang ingin jadi barista tapi tidak suka kopi. Konyol kan?