Memamerkan karya kreativitas kita agar diketahui khalayak ramai itu baik.
Kalau kamu seorang designer, lalu kamu memamerkan hasil karyamu, itu bagus. Â Sangat positif karena memang sudah sewajarnya.
Kalau kamu seorang pemusik, lalu kamu memamerkan lantunan musikmu, itu bagus. Kamu sedang promosi agar lagu-lagumu itu bisa didengar produser.
Kalau kamu seorang pelukis, lalu memamerkan lukisan kamu, itu bagus. Memang sudah seharusnya karya seni lukisan dipamerkan biar banyak yang tahu.
Kalau kamu penulis, lalu memublikasikan karya tulismu, itu sangat bagus. Supaya banyak orang yang tahu ide, gagasan, atau mungkin pengalaman yang bisa menginspirasi pembaca.
Sikap pamer adalah kodrat manusia, dan juga seluruh makhluk hidup di dunia. Kalau sedang musim kawin, hewan-hewan jantan memamerkan segala kelebihannya. Entah itu bulu yang indah, suara yang merdu, atau kekuatannya. Tujuannya cuma satu, untuk menarik perhatian si betina.
Begitu pula dengan manusia. Kita kerap memamerkan sesuatu untuk menarik perhatian orang lain. Tapi tidak dalam lingkup yang sempit hanya sekedar ingin diperhatikan lawan jenis. Hampir dalam segala hal yang kita jalani, keinginan untuk pamer itu selalu ada.
Tapi, tidak semua hal dalam hidup perlu kita pamerkan. Kesederhanaan misalnya.
Kesederhanaan itu bukan satu sifat yang hanya muncul satu kali. Kesederhanaan itu bukan cuplikan peristiwa yang hanya muncul di saat tertentu. Lebih dalam lagi, kesederhanaan adalah konsistensi kita dalam menjalani hidup, perilaku hidup yang berkesinambungan.
Misalnya kamu jadi pejabat, tidak bisa kamu sederhana pas momen-momen tertentu, lalu kembali sekuler dan hedonis ketika sudah menjalani fungsi jabatan.
Kesederhanaan yang dipamerkan, sudah bukan kesederhanaan lagi namanya. Segala hal yang kita pamerkan hanya menunjukan betapa langkanya hal tersebut dalam diri kita.
Hanya manusia yang suka pamer gading gajah, itu karena manusia tidak memilikinya.