Resesi, kata ini seolah sedemikian menakutkan. Ketika memikirkan resesi, kita melihatnya sebagai hal yang negatif. Wajarlah, karena berdasarkan pengalaman negara kita terkena resesi, pasar saham turun tajam yang menyebabkan investor lari meninggalkan gelanggang.Â
Mata uang tidak stabil, malah cenderung jatuh tersungkur hingga barang-barang impor melonjak harganya. Perekonomian lesu, bahkan bagi rakyat kecil untuk mencari untung sepuluh ribu rupiah pun sulitnya setengah mati.
Bukan bermaksud menakut-nakuti atau membuat panik, memang seperti itulah keadaan perekonomian kita saat gelombang resesi menerjang. Lagipula, daripada panik lebih baik tetap tenang sembari mempersiapkan segala hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi ancaman resesi.
Bagi para ekonom dan pakar keuangan, resesi tak ubahnya transfer kekayaan. Artinya, uang meninggalkan kantong masyarakat yang satu dan masuk ke kantong masyarakat yang lain.
Sederhananya, kekayaan dalam resesi ditransfer dari kantong mereka yang tidak mengerti dan tidak mempersiapkan diri, ke mereka yang lebih siap mengantisipasi.
Resesi juga lebih dari sekedar uang saja. Resesi adalah bagaimana kita beradaptasi dengan kondisi yang buruk, Â tentang perubahan dalam cara kita menjalani hidup. Sama seperti perubahan dalam saldo bank kita, naik atau turun.
Kita punya pengalaman resesi dua kali, pada 1998 dan 2008. Dan lihatlah sekarang, bukankah kita termasuk dalam kelompok yang selamat? Nah, mengapa kita tidak mengambil pelajaran dari pengalaman resesi itu dan mempersiapkan segala hal untuk menghadapi ancaman resesi mendatang?
4 Langkah Persiapan Menghadapi Resesi
Belajar dari pengalaman resesi sebelumnya, ada 4 langkah persiapan yang bisa kita lakukan agar bisa selamat atau paling tidak mengurangi dampak pukulan resesi mendatang.
1. Ciptakan Arus Penghasilan Alternatif
Zona nyaman adalah pembunuh saat resesi tiba. Tidak peduli seberapa aman pekerjaan saat ini, apa pun bisa terjadi. Kita baru saja diberi contoh saat pandemi datang menghantam, berapa banyak pekerjaan yang hilang dan bisnis yang berantakan.
Jika yang terburuk terjadi, apa yang dapat kita lakukan? Buat daftar.
- Berapa lama kita bisa mempertahankan pekerjaan atau bisnis yang sedang kita lakukan?
- Apa alternatif kedua dan ketiga jika penghasilan utama kita hilang?
- Apa pengeluaran yang bisa kita kurangi?
Dengan membuat daftar pertanyaan semacam itu, kita bisa mulai berpikir dan segera bertindak untuk menciptakan arus penghasilan alternatif. Gunakan kreativitas, bukan rasa takut untuk memandu kita bertahan dan keluar selamat dari krisis.