Persahabatan seperti ini sering kali merupakan hubungan yang paling singkat dalam hidup kita. Sebenarnya sih tidak masalah dan baik-baik saja kita memiliki sahabat untuk berbagi kesenangan. Hanya saja perlu kita pikirkan ulang, bahwa jenis persahabatan seperti ini akan berakhir ketika selera atau preferensi orang lain berubah.
Tengoklah berapa banyak pertemanan atau persahabatan kita yang pecah dan ambyar ketika masa kontestasi pilpres beberapa waktu lalu. Ini karena preferensi politik teman-teman kita berbeda. Karena tidak dilandasi kasih sayang, perbedaan itu membuat kita semakin menjauh.
Persahabatan Sejati
Bentuk persahabatan terakhir, menurut  Aristoteles lebih terlihat seperti utopia. Jarang terjadi, namun bukan berarti tidak bisa kita jalani.
"Persahabatan sempurna adalah persahabatan orang yang baik dan sama dalam kebajikan. Karena itu persahabatan mereka berlangsung selama mereka menghargai kebaikan -dan kebaikan adalah hal yang abadi. "
"Lebih jauh, persahabatan seperti itu membutuhkan waktu dan keakraban; seperti kata pepatah, laki-laki tidak bisa saling mengenal sampai mereka 'makan garam bersama'; mereka juga tidak dapat mengakui satu sama lain untuk persahabatan atau menjadi teman sampai masing-masing telah menemukan kesenangan dan kepercayaan bersama ".
Kita cenderung bisa terhubung pada tingkat persahabatan ini ketika kita melihat ada teman kita yang sedang terpuruk dan mencoba untuk bangkit. Seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib ketika ditanya, "Berapa banyak sahabatmu?"
Ali menjawab, "Aku tidak tahu. Lihatlah nanti ketika aku jatuh."
Coba pikirkan ulang ketika kita meminta "harga teman". Alih-alih mendukung usaha teman tersebut, kita justru mencoba mengambil manfaat dari pertemanan yang kita bina.
Orang yang kurang empati dan kemampuan untuk merawat orang lain seperti ini jarang bisa mengembangkan hubungan persahabatan sejati karena preferensimu cenderung pada kesenangan atau keuntungan yang bisa kamu peroleh. Terlebih lagi, persahabatan sejati yang berlandaskan kebajikan membutuhkan waktu dan kepercayaan untuk membangunnya.
Jika kita tidak pernah berani melampaui preferensi manfaat dan kesenangan dalam pertemanan yang kita jalin, kita akan kehilangan hubungan yang memberi kita makna dan kebahagiaan sejati.
Cobalah ingat-ingat kembali, kapan terakhir kali kita bergaul dengan teman baik yang bisa kita ceritakan semua rahasia, pernah bercanda, bahkan bersumpah dengan darah?