Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Bicara Persatuan Jika Hati, Mulut, dan Jarimu Kau Bebaskan Menebar Kebencian

22 Mei 2019   21:46 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapapun tak ingin bangsa kita yang tercinta ini terpecah belah. Tapi nyatanya, pintu disintegrasi itu sudah terbuka, membiarkan bibit-bibit perpecahan menyebar dengan cepat di masyarakat.

Kontestasi pemilu sejak 2014 membuat kita terbelah, terpolarisasi menjadi dua kubu yang saling membenci. Suka atau tidak suka, inilah fakta yang harus kita akui bersama.

Kita tentu tidak bisa mengembalikan waktu, berharap apa yang sudah terjadi tidak akan pernah terjadi. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah bagaimana persatuan yang retak ini bisa kita sambung kembali. Bagaimana benang perdamaian dan ketenangan hidup berbangsa ini bisa kita rajut, meskipun harus dengan susah payah dan sedikit demi sedikit.

Mudah untuk berkata, "Mari kita bersatu. Lupakan kontestasi pemilu". Tapi di kehidupan nyata, sangat sulit mewujudkannya. Kita sepertinya terlihat bersatu, padahal tercerai berai. Kita sepertinya terlihat rukun, padahal sedang bermusuhan. Kita terlihat tersenyum ketika berhadapan, padahal hati kita saling menyimpan dendam membara.

Keadaan inilah yang digambarkan Allah dalam firman-Nya, "Tahsabuhum jamii'an waqulubuhum syatta". "Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah". (QS. Al Hasyr: 14).

Kita tidak boleh memandang remeh soal persatuan yang sedang terkoyak ini. Karena bukan mustahil suatu saat nanti akan meletus dalam bahaya kemanusiaan yang mengerikan. Bila tidak, sekurang-kurangnya bisa melemahkan kekuatan persatuan dalam kebersamaan kita. Sehingga ketika hendak membangun proyek-proyek kemanusiaan dan keagamaan, nampaklah seperti kata orang : "Sebagian membangun, sebagian lain ikut merusak, lalu kapan bangunan itu bisa terwujud?"

Jawabannya tergantung tekad kuat dan keinginan diri kita sendiri. Maukah kita bersatu lagi?

Adalah sebuah keajaiban bila kita mampu membalikkan keadaan sekarang ini, menjadi kembali seperti memori indah yang selalu kita impikan. Kehidupan yang guyub rukun, aman tenteram sentosa. Tapi tidak ada yang tidak mungkin bukan? Allah sendiri menjanjikan, keadaan suatu kaum tidak akan berubah apabila kaum itu sendiri tidak mau berusaha (mengubahnya).

Lantas, apakah ada hal yang bisa menghadirkan keajaiban tersebut? Adakah faktor yang bisa menurunkan mukjizat supaya kita bisa bersatu lagi?

Sesungguhnya ada. Tapi kita jarang dan nyaris tidak menyadarinya. Kekuatan untuk menghadirkan mukjizat itu terletak pada aqidah (iman) kita masing-masing. Dari kekuatan iman ini kemudian timbul semangat jihad.

Jangan salah mengartikan jihad itu sebagai konteks peperangan belaka. Dalam islam, jihad itu memiliki banyak makna dan ruang lingkup yang luas. Dalam kaitannya dengan persatuan dan kehidupan sosial kemasyarakatan, jihad yang dimaksud disini adalah jihad mengendalikan hawa nafsu dan jihad menghadirkan kehidupan yang sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun