Menulis saja susah, apalagi menulis esai akademik.
Itu yang sering kamu keluhkan bila ada guru atau dosen yang memberi tugas esai akademik bukan? Bagimu, esai akademik (apapun bentuknya, mulai dari karya ilmiah, jurnal hingga skripsi) itu seperti horor yang paling menakutkan.
Sama takutnya kamu dengan pelajaran Matematika atau Fisika. Apalagi kamu termasuk generasi penonton yang lebih suka memelototi YouTube atau bermain gim PUBG.
Ketakutan itu lebih -- kalau boleh aku simpulkan - disebabkan karena kamu harus: (1) menulis dan (2), membaca banyak literatur. Â Saking takutnya, tak jarang kamu menempuh jalan pintas; menyewa Ghost Writer atau jasa penulisan esai untuk menyelesaikan tugas menulis esai akademik.
Padahal, esai akademik hanya sebuah genre penulisan khusus dalam karya tulis. Sebagaimana genre tulisan lain seperti fiksi pop, editorial berita, hingga surat cinta. Sebagai genre, ia berfungsi dalam seperangkat norma, aturan, dan konvensi.
Di luar sana Dik, ada banyak buku yang mengulas panduan menulis esai akademik. Tapi sebelum kamu membaca dan masuk dalam teknis penulisannya, ada dua sikap mental yang harus kamu miliki. Selama sikap mental ini ada dalam dirimu, aku yakin kamu bisa menghasilkan esai akademik yang bagus.
Sikap Mental pertama adalah:
Jangan menunda atau mengerjakan esai akademik di akhir waktu!
("Tapi Kak, aku bisa melakukan pekerjaan terbaikku di bawah tekanan, di menit-menit terakhir.")
Itu adalah mitos omong kosong yang sudah basi! (bayangkan, sudah mitos, omong kosong, basi pula!). Membuat karya yang berkualitas dalam waktu singkat dibawah tekanan itu jargon penuh tipuan ala restoran cepat saji.