Mohon tunggu...
Priatini
Priatini Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Pribumi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Drama "Sweet Home": Potret Menjadi Manusia Baik atau Kegagalan Menjadi Manusia?

28 Januari 2021   21:33 Diperbarui: 28 Januari 2021   22:16 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Priatini

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

sba90603@gmail.com


Seni untuk mempertanyakan sesuatu kita sebut sebagai filsafat, sedangkan seni untuk menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak kita sebut sebagai drama. Akhir-akhir ini saya mencoba menyibukkan diri dengan hal-hal yang saya sukai seperti salah satunya menonton drama. Saya rasa tidak ada yang salah dengan hal itu disaat orang lain ada yang mengatakan menonton drama hanya menghasilkan perasaan emosi sesaat dan membuang waktu. Hal demikian tak berlaku bagi saya yang berusaha mencari makna dari isi drama yang kemudian menjadi motivasi hidup saya. Drama yang cukup memicu emosi dan pemikiran saya adalah drama korea berjudul “Sweet Home”. Drama yang tayang perdana pada 18 Desember 2020 ini merupakan Original Netflix Series yang diadaptasi dari webtoon berjudul serupa. Mempunyai genre drama, fiksi pasca apokaliptik, dan horror thriller membuat drama ini dapat juga dinikmati kaum laki-laki yang biasanya tidak identik sebagai penikmat drama korea. Apresiasi terbesar saya berikan pada Lee Eung-bok dan seluruh tim yang menjadikan drama ini sangat memukau dari berbagai sisi.


Saya akan memberikan review terhadap drama yang mempunyai 10 episode ini, jika anda belum menontonnya tenang saja karena ini tidak berisi spoiler penuh. Saya akan menjabarkan makna tersirat dari drama ini sesuai pandangan saya. Jika anda melihat sekilas sinopsis awal penanyangan drama ini pasti anda tahu bahwa drama ini mengisahkan tentang perjuangan dramatis orang-orang penghuni apartement Green Home dalam menghadapi wabah monster. Pembunuhan menjadi hal wajar pada situasi tersebut karena negara pun kuwalahan menangani situasi darurat itu. Namun satu yang menjadi tujuan utama orang-orang yang ada di apartement Green Home itu adalah “Hidup”.

Semua orang ingin tetap hidup karena mereka punya mimpi dan harapan besar masing-masing. Satu dari beberapa tokoh yang mengisi drama ini yaitu Cha Hyun Su yang diperankan oleh aktor Song Kang. Ia menjadi salah satu orang yang mengalami gejala terinfeksi monster. Sebelum ia pindah ke apartement Green Home, Hyun Su memiliki latar belakang kelam hidupnya sehingga menjadi orang yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Sehingga terbesit dalam benaknya untuk menghakhiri hidup nya karena ia merasa tidak bisa menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Orang-orang menuntutnya untuk menjadi manusia yang baik dalam pandangan masyarakat namun tak melihat bagaimana kemampuan masing-masing orang. Hyun Su merasa menyesal dan bingung terhadap kehidupan manusia, karena ia merasa hidupnya menjadi berantakan ketika ia menolong seorang teman nya di masa sekolah dulu. Entah apa yang salah dari tindakannya itu sehingga menjadi awal dirinya dirisak oleh teman-temannya, bahkan keluarganya ikut terkena dampaknya. Hal itu lah yang membuat Hyun Su merasa harus bunuh diri saja. Kelanjutan lebih detail nya anda perlu menonton drama itu dan menilai dari sudut pandang anda masing-masing. Hal yang menarik untuk saya bahas dari drama ini adalah makna kemanusiaan. Apa itu manusia yang baik? Bagaimana kegagalan menjadi manusia itu?

Apa itu manusia yang baik? Aristoteles dalam karyanya Nichomachean Ethics melakukannya dengan memulai pertanyaan “apakah kebaikan manusia itu?” dan jawabannya adalah “kebaikan manusia adalah aktivitas jiwa dalam kesesuaiannya dengan keutamaan. Dalam memahami etika, kiranya kita harus memahami apakah yang membuat seseorang menjadi pribadi utama. Aristoteles menjawabnya dengan empat keutamaan yaitu : keberanian, kontrol diri, kemurahan dan kejujuran. (Gufron, 2016 : 99) Tokoh Hyun Su adalah pribadi yang mempunyai hasrat untuk menolong orang walaupun dirinya juga memerlukan pertolongan orang lain. Hasrat itulah yang memicu nya dapat berubah menjadi monster. Namun dari sikap inilah saya tahu bahwa Hyun Su sudah menjadi manusia yang baik menurut pandangan Aristoteles tadi. Ia mempunyai empat keutamaan yang disebutkan Aristoteles. Diantara beberapa orang yang ada di apartement Green Home, sikap manusia yang baik sebenarnya dapat dilakukan semua orang namun terhalang oleh sikap egois yang merupakan sikap sejati yang dimiliki manusia. Keadaan darurat menjadikan sikap egois itu muncul sehingga meninggalkan apa yang dinamakan humanisme. Etika keutamaan menjadi dasar seseorang itu dapat menjadi manusia yang baik. Alam realitas etika keutamaan biasanya dikontraskan dengan etika kewajiban atau etika peraturan. Keutamaan manusia sebagai manusia terletak pada pelaksanaan yang baik atau keberhasilannya dalam menjalankan fungsi khas kemanusiaan. Dan fungsi khas itu adalah akal budi. (Gufron, 2016 : 105-106)

 Tak lupa dengan tokoh wanita mantan pemadam kebakaran Seo Yi Kyung yang mempunyai akal budi sebagai fungsi khas kemanusiaan seperti segala tindakannya dalam drama itu. Ia cukup tangguh sebagai seorang wanita dalam mengadapi monster dan juga memperjuangkan cinta nya yang telah tiada, sungguh karakter wanita yang langka di kehidupan nyata. Jika saya telah menjelaskan bagaimana manusia yang baik itu, maka ada apa dengan kegagalan menjadi manusia? Bagaimana manusia bisa gagal menjadi manusia? Nyatanya dalam drama itu, bukan monster satu-satunya sosok yang gagal menjadi manusia namun manusia itu sendiri pun dapat gagal dalam menjalankan hidup sebagai manusia.

Kegagalan menjadi manusia mengingatkan saya dengan novel Jepang yang ditulis oleh Dazai Osamu yang menjelaskan bagaimana seseorang merasa tidak sesuai dengan jalan kehidupan manusia dan memilih untuk mengakhiri hidup. Hyun Su memang sempat mempunyai pilihan untuk bunuh diri karena merasa gagal menjadi manusia, namun ia dapat melawan pemikiran itu untuk menjadi manusia dengan harapan tetap hidup. Orang-orang yang masih bertahan hidup di apartement Green Home sempat mengalami fase dimana mereka gagal menjadi manusia karena sikap egois. Situasi dan kondisi yang tidak pasti itulah yang menjadi pemicu. Mereka egois karena mereka ingin tetap hidup. Meski manusia mengedepankan alasan umum yang kedengarannya mulia, sebenarnya tujuan utama segala upaya manusia itu selalu egosentris, dan setelah kebutuhan individu itu terpenuhi, muncullah individu selanjutnya. (Osamu, 2020 : 108) 

Karakter Hyun Su yang sempat putus asa dengan berniat bunuh diri mengingatkan saya dengan isi buku dari Osamu ini. Berkaitan dengan isu kesehatan mental yang saat ini menyerang berbagai lapisan masyarakat membuat saya membahas karakter putus asa Hyun Su ini dengan konsep kegagalan menjadi manusia. Perjuangan hidup yang tidak mudah dengan melawan isi pemikiran yang begitu rumit membuat kita berpikir bahwa aturan konsep manusia begitu memaksa bagi sebagian orang yang kurang mampu melakukannya. Manusia mempunyai sisi gelapnya masing-masing sehingga tidak bisa terus menjadi manusia baik yang diinginkan masyarakat. Hyun Su hidup dalam kesengsaraan dan pemikiran rumitnya yang tidak bisa dipahami oleh banyak orang diluar sana. Melihat dari keadaan Hyun Su, perlu kita berpikir diluar sana banyak orang-orang yang bingung dengan dirinya sendiri, dalam artian bingung sebenarnya apa yang membuat hidupnya menjadi berantakan.

Dari ulasan diatas sebenarnya banyak yang masih ingin saya bahas mengenai setiap karakter dalam drama itu. Mereka mempunyai sisi kehidupan masing-masing yang dapat dianalisa dengan pemikiran manusia yang baik maupun kegagalan menjadi  manusia. Intinya mereka semakin menyadari makna penting humanisme saat situasi yang mengancam kelangsungan hidup manusia itu muncul. Namun ada suatu ketika dimana manusia kehilangan konsep humanisme saat dibutakan oleh hasrat yang berlebihan, hasrat yang berasal dari sisi egois manusia yang tertuju pada kesenangan indivual. Manusia akan menjadi lebih mengerikan dan susah dikalahkan dibandingkan monster saat mereka saling membunuh dan haus akan kepentingan pribadi. Anda tentu menemukan hal tersebut dalam akhir-akhir episode dari drama Sweet Home ini. Kesan saya setelah menonton drama ini adalah merasa sangat terpukau dengan alur dan kejadian tak terduga yang selalu terjadi disetiap episodenya dan tentu saja membuat saya tidak bisa untuk diam saja setelah menonton drama horror thriller satu ini. Saya yakin setiap dari anda yang sudah atau akan menontonnya pasti mempunyai pemikiran unik dan kritis tentang drama ini. Satu kutipan dialog yang menjadi favorite saya adalah “Menjanjikan sesuatu di situasi tak pasti, kemungkinan adalah kebohongan”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun