Covid ini sangat dipengaruhi dengan persoalan perilaku dan disiplin masyarakat sebuah negara. Jumlah penduduk yang jadi target diserang, AS (331.139.904), Indonesia (273.721.489) dan Brasil (212.665.350).Â
Muncul pertanyaan dari persepsi intelijen, informasi Siabidibame, dari UUK, "mengapa" kita jauh lebih sedikit yang terkonfirmasi positif dibandingkan dua negara itu, lihat jumlah penduduk. Memang ada yang mengatakan kita ngetesnya sedikit.Â
Bahkan ada yang berteori yang terpapar positif itu seperti Jerman 10 kali dari yang dilaporkan. Waaah artinya sudah satu juta yang positif di sini. Sederhananya, kalau yang positif di Indonesia sudah satu juta, tidak mungkin yang meninggal jumlahnya lima ribu saja belum.Â
AS yang positif 4,3 juta yang meninggal hampir 150 ribu, Brasil yang positif 2,4 juta, yang meninggal 87 ribu. Mengapa Indonesia yang positif 100 ribu dan meninggal 4.838 jiwa.Â
Dari data diatas, jelas ada misteri yang sering diabaikan dan sulig dimengerti. Covid-19 ini belum terjawab secara pasti oleh para ahli epidemiologi serta ahli virus.Â
Menurut LBM Eijkman ada 9 tipe virus di Indonesia. Dari jumlah penduduk, perilaku warga ketiga negara mirip2, tetapi kasus Indonesia terkecil. Aneh bukan? Inilah misteri yang menurut penulis Indonesia walau diuji Allah, tapi jauh lebih ringan. Secara medik belum terjawab.
Kita percaya, covid menulari manusia kan juga atas ijin Allah. Inilah karunia Allah yang harus kita percayai, jangan berburuk sangka. Covid ini salah satu cara seleksi alam bagi mereka yang lengah dsn kurang waspada.Â
Kesimpulan
Kita tidak perlu ribut, petok-petok karena hanya angka 100 ribu itu. Dengan jumlah penduduk diatas 273 juta, kita bersyukur tidak di tukar tempat dengan Brasil, atau diuji seperti AS.Â
Ngeri membayangkan kalau harus menangani 87 ribu jenazah seperti Brasil atau hampir 150 ribu seperti di AS. Mari kita terus berdoa, bagi pengemban amanah atau mereka yang terkait, tetap optimis memeranginya dengan hati yang bersih.Â
Masalah birokrasi jangan jadi penghambat, lebih berani soal anggaran untuk menolong rakyat seperti pesan Presiden Jokowi perlu langkah extra ordinary. Bagian terpentingnya jangan ada yang memanfaatkan kasus covid untuk berselancar, baik berupa tindak korupsi, mark up, bohongin presiden, dll.Â
"Karena ini mahluk Allah, maka dosa bila ada yang memanfaatkan covid untuk kepentingan pribadi, walau tidak kasat mata tetap tercatat".