Mohon tunggu...
Gregorius Pratyaksa
Gregorius Pratyaksa Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Pasca Sarjana Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta

Pegiat kesenian dan budaya, dengan mantra Everything about fineart!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Peran dan Fungsi Arthandler

8 Desember 2021   10:40 Diperbarui: 8 Desember 2021   10:52 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Art Handler menjadi profesi yang sangat jarang didengar dalam dunia seni rupa Indonesia. Selama ini yang tampil didepan hanya seniman dan kurator, padahal art handler memiliki peran yang cukup vital. Coba teman – teman banyangkan, ketika pameran itu hanya dipersiapkan oleh mungkin bahasa kasarnya “tukang”. “Art Handler itu punya standar dan ga bisa sembarangan,” kata Janu Satmoko (38 tahun) dalam wawancara di Mojok.

Lalu apa bedanya dengan “tukang” tentu beda, pertama seorang Art Handler tu harus memiliki cita rasa seni yang tinggi. Ini nanti berkaitan dengan perspektif dan perlakuan terhadap karya. Art handler memiliki tugas yang panjang, nggak melulu masang lukisan didinding lalu selesai. Kenyataan dilapangan seorang Art Handler harus memikirkan perspektif ruang hingga teknis pemasangan karya.

Art Handler itu dalam handling dibagi menjadi 3 tugas pokok pertama adalah packing karya, install karya, dan restorasi karya. Tiga tugas pokok ini setiap art handler harus fasih dan piawai, tentu juga selain itu membutuhkan kreativitas dan skill yang tinggi.

            Skill yang harus dimiliki oleh seorang Art Handler :

  • Memiliki pengetahuan selevel teman – teman profesinal museum untuk bisa memanipulasi, memindahkan, menyimpan dan display karya, sesuai dengan karakater fisikkarya itu sendiri.
  • Mengutamakan keselamatan baik itu lingkungan karya berada maupun proses kerja, sehingga seorang art handler harus mampu menghitung seluruh resiko yang ada.
  • Harus komunikatif untuk memastikan karya yang akan ditangani baik itu terkait hospitality karya itu sendiri maupun teknis karya.
  • Disiplin untuk melakukan evaluasi kondisi karya, sehingga kerusakan karya itu dapat diminalisir. Evaluasi karya ini harus mendetail bahkan dokumentasi yang diambil harus jelas, tentu berkaitan dengan angel foto yang diambil.
  • Harus mampu mencapai kebutuhan estetika sehingga pesan dari karya yang ingin disampaikan itu juga sampai pada penikmat seni.

Packing karya ini bisa dimulai dari pembuatan travel frame maupun crate karya. Travel frame itu pada dasarnya kotak packing yang dikhususkan untuk lukisan yang memiliki kontur sehingga permukaan lukisan tidak boleh mengenai media apapun. Crate karya seni pada dasarnya dibuat untuk bisa melindungi karya, sehingga pembuatannya harus mendetail dan kuat disegala medan. Satu lagi untuk crate karya seni untuk memberikan ruang leluasa bagi pallet jack, atau istilah sederhananya garpu forklift harus bisa masuk di crate.

Nah setelah urusan tempat untuk packingnya, sekarang giliran teknik packing. Teknik packing sendiri banyak berkembang mulai dari kardus atau single face, lalu bubble atau double face. Tentu pemilihan material packing ini dilakukan oleh seorang art handler dengan mempertimbangkan material karya yang akan dihandling, begitulah kira – kira cara kerja di packing karya.

            Tadi sudah kita bahas packing karya lanjut ke install karya, tentu install karya ini ada dua kemungkinan besar yang terjadi yaitu karya yang berat dan tidak berat. Tentu untuk menangani karya pada dasarnya sama, tetap harus berhati – hati dan presisi. Pembedanya kemudian ada dua yaitu karya yang berat, biasanya juga akan dibutuhkan alat bantu yang maksimal. Karya yang berat ini biasanya berupa patung atau bahkan lukisan dengan skala yang besar. Saya akan coba memperlihatkan SOP dari install karya ini :

  1. Bekerjalah dengan prosedur keamanan yang tinggi, pakaian terlihat rapi, dan proses kerja yang bersih.
  2. Selalu gunakan gloves kedokteran tanpa bedak ketika bersentuhan dengan karya.
  3. Selalu gunakan gloves kain bila bersentuhan dengan karya yang licin.
  4. Selalu jauhkan karya dari debu sisa pengeboran ( usahakan debu tertampung di media penampung)
  5. Bila ingin menambahkan sesuatu pada karya guna mempermudah instal, tanyakan dahulu kepada pemilik – misal pemasangan d ring di lukisan.
  6. Selalu check media guna mengetahui apakah media aman untuk pemasangan.
  7. Selalu melakukan inspeksi karya dan terekam ( foto dan tertulis ).

Restorasi karya tentu ini juga dibagi dalam dua kategori yaitu ringan dan berat, art handler tentu akan menemui restorasi karya ringan dalam setiap pekerjaannya. Keahlian dan kreativitas art handler benar – benar diuji disini, karean salah teknik maka akan fatal bahkan merusak karya itu sendiri. Restorasi ringan saja sudah membutuhkan kehalian dan kreativitas yang cukup rigit, apalagi dengan restorasi besar. Tentu pada tingkatan ini sertifikasi sangat diperlukan, sehingga keilmuan yang digunakan juga pasti dengan begitu setiap keputusan yang dibuat mengurangi kerusakan yang lebih parah pada karya.

Cerita diatas tentu sudah memperlihatkan betapa rumitnya untuk menjadi Art Handler, ya dasar semangatnya orang yang kreatif dan disiplin. Art handler tentu disini bukan orang yang sembarangan, menjadi profesi yang unik karena Art Handler itu harus bisa melakukan banyak improvisasi dengan disiplin yang kreatif. Tentu jika dijabarkan dengan paragraf akan ribuan paragraf untuk menjelaskannya, namun kebanyakan art handler berangkat dari ketekunan mengelola seni secara teknisnya. Klasifikasi ini juga yang membuat Art Handler menjadi sangat unik, hanya orang – orang pilihan yang mampu menekuni bidang teknis karya ini.

Berbicara profesi ini rasanya tumbuh kembangnya di Yogyakarta cukup pesat, bahkan permintaan Art Handler berdasarkan agenda seni di Yogyakarta begitu banyak. Mulai dari yang art fair sampai dengan pameran tunggal, semua mulai sudah mengedukasi dirinya bahwa melibatkan art handler itu menjadi penting. Pertama melihat dari sisi produksi dimana mengurangi resiko kerusakan karya, kedua melalui konteks artistik tentu teman – teman art handler dengan sendiri membekali diri dengan itu maka dalam install karya mereka akan menggunakan pakem – pakem estetika. Ya itulah tadi sekelumit keunikan dari art handler, salah satu profesi yang sekarang diperhitungkan dalam gelaran art fair sampai dengan pameran tunggal.

Art Handler secara gaji rasa – rasanya cukup memiliki batu pijakan yang tinggi, sebagai seorang Art Handler itu dalam pagu provinsi Yogyakarta digaji sebesar Rp. 500.000 seharinya. Gaji ini tentu melebihi dari tukang maka pekerjaan art handler itu bukan asal gantung lukisan di tembok. Rerata per project pameran tunggal dengan ruang pameran ukuran sedang seorang art handler itu membutuhkan 2 hari kerja, hari pertama art handler akan melakukan inspeksi karya membuat data terima karya actual dengan kondisi karya yang diterima. Kemudian 2 hari lagi untuk melakukan bongkar karya dan packing. Jadi sekali project art handler itu mampu mengantongi Rp 2.000.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun