Ternyata benar kata Cin Hapsari, penulis buku Politik Identitas dalam Jawa Safar Cina Sajadah. Yakni, dalam bahasa Jawa itu banyak akronim yang lazim disebut jarwo dosok. Ini bukan sekadar pemendekan kata, tetapi ada filosofinya.
Jujur, ini salah satu buku favorit saya selain Betaljemur Adam Makna dan Pepak Basa Jawa untuk urusan belajar bahasa Jawa level krama. Banyak jarwo dosok yang menyimpan makna tertentu.
Dalam kultur masyarakat Jawa juga dikenal yang namanya brekat. Yaitu makanan kotakan yang biasanya diberikan setelah hajatan atau tahlilan. Ternyata artinya adalah mak breg diangkat (setelah usai, makanan dibawa).
Ada pula yang memiliki makna romantis, yakni garwa (istri). Garwa kependekan dari sigaraning nyawa (belahan jiwa/soulmate). Yang tak kalah menggelitik adalah kata maling. Yaitu, njupuk amale wong sing ora eling (mengambil harta orang yang lupa beramal).
Yang saya ingat adalah kathok. Kata ini memiliki kepanjangan dibukak sithok-sithok (dibuka satu per satu). Namun, saya menemukan arti lain yang sebenarnya kurang lebih sama, yaitu nek dibukak, kethok (kalau dibuka, terlihat). Apanya yang terlihat? Ya yang gondal-gandul.
Jarwo dosok lainnya ialah kerikil yang berarti keri nang sikil (geli di kaki). Tapi mohon maaf, jangan coba-coba mencari makna keripik. Apalagi jika menanyakannya kepada Bu RT yang paham jarwo dosok.
Sidoarjo, 28 April 2014