Ketika mengisi sebuah acara jurnalistik, saya mencatat kalimat seorang peserta. Dia mengatakan, "Oke, untuk menyingkat waktu....."
Saya menggarisbawahi kata menyingkat waktu. Pemakaiannya begitu produktif. Bahkan, tak jarang seorang moderator mengucapkannya ketika mempersilakan narasumber menyampaikan materi. Tepatkah penulisan dan penggunaan kata tersebut?
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kelas kata "singkat" adalah adjektiva atau kata yang menjelaskan nomina atau pronomina. Dijelaskan di situ bahwa menyingkat dapat bermakna memendekkan atau meringkas.
Kemudian, mari kita lihat juga tentang arti kata "hemat" sebagai perbandingan. Dijelaskan pula dalam KBBI bahwa kelas kata hemat adalah adjektiva. Adjektiva selalu diikuti oleh nomina (kata benda) atau pronomina (kata ganti, kata tunjuk, kata tanya).
Sekarang, mari kita telaah pemakaian kata "menyingkat waktu". Sekilas tak ada yang aneh. Namun, di situ tampak bahwa penggunaan "menyingkat waktu" tidak logis.
Waktu tak pernah bisa dimajukan atau dimundurkan. Yang telah terjadi tak pernah bisa kembali. Sebaliknya, waktu tak dapat dimajukan untuk sekadar mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Maka, penulisan "menyingkat waktu" tidak tepat.
Lantas, bagaimana penyelesaiannya? Kita telaah dulu kata "hemat".
Dalam KBBI, "hemat" diartikan sikap berhati-hati dan cermat. Bentuk verba (kata kerja)-nya adalah menghemat yang artinya menggunakan (sesuatu) dengan cermat dan hati-hati.
Lalu, apa makna menghemat waktu? Dipaparkan dalam KBBI, menghemat waktu adalah menggunakan waktu sebaik-baiknya (KBBI, hal 490).
Maka, jelas bahwa penulisan "menghemat waktu" bisa diterima dan lebih logis ketimbang "menyingkat waktu".
Referensi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008)