Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Bapak Pendidikan yang telah mendirikan sekolah Tamansiswa ini berkontribusi dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang tak lekang oleh zaman yaitu:ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan), ing madya membangun (di tengah memberi bimbingan), Â dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan/semangat). Semboyan tersebut dikenal dengan istilah trilogi kepemimpinan. Bukankah sebagai pemimpin hendaknya melaksanakan trilogi tersebut?. Begitu pula dengan guru, guru adalah pemimpin dalam proses pembelajaran.
Ki Hajar Dewantara menyatakan pentingnya pendidikan bagi bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan hadir melalui tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Perlu kerjasama agar pendidikan itu berhasil peran orang tua, guru, dan masyarakat menjadi pusat pendidikan. Guru dapat bekerjasama dengan masyatakat dalam menambah wawasan peserta didik seperti melakukan kegiatan kunjungan edukasi ke bahan usaha produksi.
Pendidikan budi pekerti pun menjadi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Tri Sakti yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa yang terbentuk menjadi budi pekerti. Penanaman karakter pada diri peserta didik melalui pendidikan. Berupaya agar peserta didik memiliki profil pelajar Pancasila yang terdiri dari:
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
- berkebinekaan global,
- bergotong royong,
- mandiri,
- bernalar kritis, dan
- kreatif.
Hal yang paling menarik saya pelajari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu 10 Fatwa Sendi Hidup Merdeka yang berisi:
- Lawan Sastra Ngesti Mulyo
- Suci Tata Ngesti Tunggal
- Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia
- Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat
- Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna
- Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah kita kepada sang anak
- Alam hidup manusia adalah alam hidup berbulatan
- Tetep Mantep Antep
- Ngandel Kendel Bandel
- Neng Ning Nung Nang
Saya memperoleh ilmu dan pengalaman baru setelah mempelajari pendidikan sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya mencoba melakukan intropeksi diri kemudian melakukan perubahan diri agar mampu mempraktikan secara nyata pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya mulai di awal pembelajaran dengan mengucapakan Salam dan Bahagia, sebagaimana 10 fatwa sendi hidup merdeka bahwa setiap anak berhak untuk mendapat salam dan bahagia. Perancang pembelajaran dengan berhamba kepada sang anak artinya memahami karakteristik tiap anak yang berbeda dan percaya bahwa setiap anak meliliki potensinya masing-masing.
Saya melaksanakan praktik nyata dalam rangka mewujudkan pemikiran Ki Hajar Dewantara "pendidikan yang berpihak kepada murid" sesuai dengan konteks diri murid dan sosial budaya setempat. Sosial budaya yang saya terapkan yaitu SAMBATAN suatu kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong. Tema yang saya ambil yaitu kebersihan. Sebagaimana dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa murid memiliki kesempatan berkarya dan bekerja dalam kelompok. Melalui penerapan ini, saya berharap profil pelajar Pancasila dimensi gotong royong akan terwujud. Tantangan yang saya hadapi adalah sikap individu murid. Solusi yang saya terapkan adalah membiasakan murid mengucapkan 3 kata dalam melakukan kegiatan kerja sama yaitu tolong, maaf, dan terima kasih.
Suasana kelas ketika pelaksanaan praktik nyata sangat menyenangkan, dapat terlihat dari dokumentasi foto sebagai berikut:
Melatih murid berkata "tolong bantu memegang kursi saya akan naik untuk menempel origami ikan" dan "terima kasih sudah membantu"