CATATAN HASIL TULISAN DITAHUN Â 2019-2020
Sesuai dengan janji dulu setelah selesai masa bakti (berdinas) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akhir tahun 2016 lalu, saya akan meneruskan hobi lama yang sudah terpendam yaitu menulis di media massa atau media digital lainnya. Syukur-syukur sekaligus dapat memulai untuk menulis buku, sebagai legacy untuk anak cucu dikemudian hari.
Kata-kata bijak yang selalu terngiang- ngiang dalam telinga adalah bukankah manusia hidup itu ada artinya kalau dia dapat bermanfaat untuk orang lain, sekecil apapun yang dilakukannnya yang penting berguna untuk orang lain yang membutuhkannya. Berpijak pada kata bijak tersebut, setelah melewati masa pensiun beberapa saat, saya mencoba berbagi ilmu pengetahuan yang diperoleh selama sekolah dan kuliah, pengalaman hidup dalam bekerja maupun pengalaman bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya melalui berbagai tulisan yang saya tuangkan dalam media massa maupun media digital sejak 2 (dua) tahun yang lalu.
Berawal dari tahun 2019, tepatnya pada bulan Mei, saya tergerak untuk menulis setelah membaca diharian Kompas, pemberitaan tentang banjir bandang yang menerjang Sentani, kabupaten Jayapura, provinsi Papua yang menelan  korban jiwa dengan jumlah yang cukup banyak. Saya menulis surat kepada redaksi Kompas tentang tanggapan dan meluruskan pada pemberitaan tentang rehabilitasi cagar alam Cycloop oleh salah seorang pejabat KLHK. Didalam cagar alam tidak boleh dilakukan kegiatan rehabilitasi sesuai dengan UU no.41/1999 pasal 41 ayat (2).
Rehabilitasi dapat dilakukan diluar cagar alam pada kawasan yang berfungsi sebagai penyangga. Tulisan saya dimuat pada akhir Mei 2019. Sejak itu saya rajin menulis artikel pendek pada kolom surat kepada redaksi Kompas tentang hutan dan kehutanan dan biasanya dimuat setiap dua minggu sekali sampai sekarang. Sebelumnya Sejak bulan April 2019, saya juga telah atif menulis ditabloid Agro Indonesia, sebuah tabloid yang berisi seputar tentang pertanian, kehutanan dan perikanan. Biasanya tabloid ini dibaca dan beredar ditiga kementerian yaitu KLHK, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Disamping itu, sejak bulan Januari 2019, saya juga membuat blog tulisan digital di Kompasiana dan sampai hari ini masuk dalam katagori penulis Teruna (point antara 1501 s/d 10.000) karena pointnya telah mencapai 1606.
Berdasarkan rekam jejak artikel dalam bentuk opini yang saya tulis sejak tahun 2019 dibagi dalam tiga klaster yaitu dimedia digital Kompasiana, tabloid Agro Indonesia dan harian Kompas. Sedangkan untuk tahun 2020, saya menambah satu klaster lagi untuk artikel saya yaitu majalah triwulan Forest Digest/majalah digital Forest Digest.com. Tulisan saya tahun 2019 dan tahun 2020 di tabloid Agro Indonesia adalah Penyuluh Kehutanan Era Industri 4.0 dan Perhutanan Sosial (9 April 2019), Komparasi Penyuluh Kehutanan dan Pendamping Dalam Perhutanan Sosial (28 Juli 2020), Materi Penyuluh Kehutanan Kontemporer (11 September 2019), Quo Vadis Hutan Lindung (8 Oktober 2019), Urban Forest Vs Rural Forest (6 November 2019), Rehabilitasi, Reklamasi, Restorasi dan Recovery Hutan (26 November 2020), Â Tantangan SDM Unggu Kehutanan (12 Februari 2020), Kualitas Perhutanan Sosial (4 April 2020), Tentang Pohon (20 April 2020), Kontroversi Deforestasi (24 Juni 2020), Kawasan Konservasi High Protected Priority (9 Juli 2020), Hutannya Sama Namanya Berbeda (12 Oktober 2020), Hutan Desa, Primadona Perhutanan Sosial (19 Oktober 2020). Sementara diharian Kompas yang saya biasa tulis dalam bentuk surat pembaca, artikel pendek yang telah dimuat adalah Rehabilitasi Cagar Alam Cycloop (31,Mei 2019), Rehabilitasi Mangrove (2, Juli 2019), Slogan Vs Aksi Nyata (10, Juli 2019), Lanjutkan Perhutanan Sosial (16, Juli 2019), Â Nasib Taman Nasional (31, Juli 2019), Quo Vadis Danau Limboto (16, Agustus, 2019), Jaga Area Tangkapan di DAS (21, Agustus 2019), Data Hutan (18, Sepetember 2019), Kutukan Sumber Daya Alam (3, Oktober 2019), Budaya Menanam Pohon (27 Januari 2020), Menanam Pohon (21 Februari 2020), Dana Reboisasi (11 Maret,2020), Krisis Air Bersih (8 April 2020), Satwa Liar Versus Manusia (9 April 2020) Emisi Karbon (22 April 2020), Deforestasi (14 Juli 2020), Selamat IPB (7 September 2020), Â Jurasic Park P. Rinca (17 November 2020), Kontroversi Food Estate (15 Desember 2020).
Untuk majalah triwulan Forest Digest/Forest Digest.Com tahun 2020-2021, tulisan saya yang telah dimuat adalah Cara Mengendalikan Banjir Jakarta (Kolom, April-Juni 2020), Beberap Ide Mengelola Kawasan Konservasi (Kabar Baru, 22 September 2020), Kontroversi Deforestasi (Kabar Baru, 21 Oktober 2020), Logika Terbalik Menyelesaikan Konflik Lahan (Kabar Baru, 23 Oktober 2020), Lima Konsekuensi Perhutanan Sosial Masuk UU Cipta Kerja (Kabar Baru, 30 Oktober 2020), Peluang Usaha Kehutanan Setelah UU Cipta Kerja (Kabar Baru, 7 November 2020), Mengapa Hutan Lindung Untuk Food Estate? (Kabar Baru, 19 November 2020), Empat Syarat Rehabilitasi Lahan Berhasil (Kabar Baru, 2 Desember 2020), Senjakala Industri Kehutanan (Kabar Baru, 8 Desember 2020), Menguatkan Kembali Penyuluhan Kehutanan (Kabar Baru, 15 Desember 2020), Saatnya Merevisi UU Kehutanan (Kabar Baru, 23 Desember 2020), Beda Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (Kabar Baru, 31 Desember 2020), Lima Solusi Mengatasi Banjir (Kabar Baru, 2 Januari2021).
Untuk tulisan saya yang dibuat dalam blog Kompasiana, terdapat lebih banyak tulisan yang dimulai dari 14 Januari 2020 , hingga tulisan tentang Catatan Hasil Tulisan di Tahun 2019-2020 dimuat di Kompasiana.
PRAMONO DWI SUSETYO
Kompasiana, 6 Januari 2021