"Ketika lebaran tiba, akrab rasanya dengan kuliner khas lebaran seperti ketupat, opor ayam, atau mungkin rendang. Namun jenuh juga jikalau harus menyantapnya di setiap berkunjung silaturahim ke rumah sanak saudara atau tetangga. Perlu rasanya penawar bosan untuk memanjakan lidah."
Hari Raya Idul Fitri atau akrab pula disebut dengan lebaran selalu disambut dengan penuh semarak dan suka cita. Sebulan penuh berpuasa di Bulan Ramadhan dan lebaran menjadi momen puncak, diibaratkan sebuah kemenangan yang mampu diraih jika sebelumnya dapat melaksanakan ibadah di Bulan Ramadhan dengan baik. Lebaran identik pula dengan ragam kuliner khasnya. Sebut saja ketupat, opor ayam, hingga rendang selalu saja berhasil menambah kekhasan suasana lebaran. Hampir di setiap rumah selalu ada kuliner khas ini di meja makan. Bukan hanya rasanya yang enak namun tersirat pula makna filosofis mendalam, sehingga di setiap lebaran ragam kuliner tersebut selalu hadir menemani kehangatan silaturahim pada momen lebaran.
Lalu, pada saat lebaran, di meja ruang tamu juga selalu saja hadir beragam toples yang berisikan kue khas lebaran seperti nastar, putri salju, hingga kastengel. Setiap kali dipersilakan duduk saat silaturahim keliling rumah sanak saudara atau tetangga, mau tidak mau frekuensi mengunyah kue-kue itu semakin tinggi. Rasanya memang lezat, namun seringkali muncul rasa bosan ketika melulu menyantap kuliner-kuliner itu. Ini menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan, rasanya butuh penawar bosan sesegera mungkin.
Berkunjung ke Solo Menyantap Tahu Kupat
"Dijejali ketupat, opor ayam, dan rendang serta tak luput pula untuk dikunyah yakni nastar, putri salju, hingga kastengel selama lebaran menjadi alasan utama munculnya rasa bosan. Perlu cita rasa lain sebagai penawar bosan yang mujarab."
Ketika rasa bosan muncul dan butuh cita rasa lain sebagai penawarnya seketika teringat pesan seorang teman tentang salah satu kuliner khas Kota Solo yang lezat, "Mas, kalau ke Solo coba deh mampir ke warung tahu kupat di sebelah Masjid Sholihin Solo. Rasanya mantab maaaaas!"Â
"Waduh tapi kok ketemu ketupat lagi ini, tapi ya sudahlah kupat atau ketupat kali ini disajikan berbeda." gumam saya dalam hati.
Tanpa pikir panjang lagi, saya pun menstarter skutermatik kesayangan untuk menuju Kota Solo, Kota Budaya. Waktu tempuh dengan skutermatik jika perjalanan lancar tanpa ada kemacetan yang mengganggu sekitar dua jam perjalanan.Â