Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seberapa Besar Kapasitas Perutnya?

7 Desember 2020   22:20 Diperbarui: 7 Desember 2020   22:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramai-ramai Korupsi di Tengah Pandemi - Sumber : Kompas.com

Aih, betapa ramainya jagad media saat ini dengan berbagai macam pemberitaan yang ada. Selalu saja disuguhi pemberitaan yang membuat hati sedih dengan kondisi bangsa terkini. Terlebih dalam kondisi pandemi yang tak kunjung usai masih ada saja hal-hal yang memperkeruh suasana. Di saat angka positif covid19 mengalami peningkatan yang mana berdampak pada perekonomian masyarakat sehingga membuat kondisi semakin sulit muncul berita tentang korupsi. Yang pertama korupsi ekspor benur dan yang kedua adalah korupsi bantuan sosial. Parahnya lagi yang dikorupsi adalah bantuan sosial covid19. Miris melihatnya, sungguh sangat menyayat hati rakyat.

Pertama muncul di permukaan adalah kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh Edhy Prabowo, Menteri Kelautan dan Perikanan. Lalu disusul oleh Juliari Batubara, Menteri Sosial. Korupsinya pun tak tanggung-tanggung hingga milyaran rupiah. Di tengah kondisi yang sulit masih saja ada orang yang tega mendzalimi dan mengkhianati rakyatnya.

Menyoal dan menyelami motif dibalik perkara korupsi sudah muak rasanya. Hampir setiap hari selalu disuguhi berita korupsi dimana-mana yang dilakukan oleh pejabat tinggi, bermobil mewah dan berduit banyak terlihat dari lahiriahnya. Mereka seakan lupa akan janji-janji manisnya saat kampanye. Mereka seakan lupa akan sumpah jabatannya. Tak ada kesesuian antara ucap dan laku. 

Diskusi di warung kopi tentang korupsi yang terjadi hanya dipenuh dengan caci dan maki. Dalam kondisi pandemi dimana semua lini terdampak utamanya ekonomi sehingga membuat kondisi semakin sulit masih saja ada koruptor yang memperkaya diri dan mengkhiatani amanah yang diembannya. Dana yang dikorupsipun dana bantuan sosial covid19 pula, tak habis pikir melihat kelakuannya. 

Selalu saja kambuh penyakit hilang ingatan apabila sudah menjabat dan duduk di kursi yang dulu saat kampanye jadi rebutan. Masih jelas terasa begitu baik sikapnya di hadapan rakyat untuk mengambil hati agar nanti memilihnya. Baliho-baliho bertebaran dimana-mana dan terpampang jelas potret wajahnya dengan gaya khas masa kampanye. Begitu bijak kata-kata yang keluar dari bibir manisnya melebihi bijaksananya filsuf Yunani. Namun apa yang terjadi setelah menjabat? "Podo Wae!" (Sama Saja). "Ngibul, Juga!"

Tak habis pikir melihat kelakuannya, bagaimana tidak? Lihat saja dari cara penampilan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki branded semua. Tidak mungkin juga mereka memakai outfit yang dibeli di "awul-awul". Kendaraan mewah seharga ratusan juta hingga milyaran rupiah selalu menemani aktivitas keseharian tanpa ada rasa cemas kulit terbakar matahari karena kepanasan atau masuk angin karena dingin kehujanan. Lalu, makan pun selalu tercukupi dengan gizi tinggi dan mahal pula. Rambut klimis dan gaya parlente serta balutan jas merepresentasikan bahwa mereka adalah orang yang tercukupi secara ekonomi.

Semua serba mewah dan lebih dari cukup namun mengapa masih saja tega "menilep" uang rakyat bahkan bantuan sosial pun "ditilep" juga. Muncul pertanyaan, sebenarnya seberapa besar kapasitas perutnya? Mengapa masih saja merasa lapar? Toh yang dimakan pun makanan bergizi tinggi, makanan-makanan enak, bukan nasi garam apalagi nasi aking seperti yang dirasakan rakyat kecil. Yah mungkin begitulah manusia akan terlihat karakter aslinya saat memiliki kekuasaan. Kalau dilihat dari latar belakang pendidikannya pun tidak sembarangan, jelas berpendidikan tinggi namun pertanyaannya apakah juga mendidik hati? Rasanya tidak jika melihat kerakusan dan ketamakannya sungguh bisa dibilang "Raja Tega".

Begitulah potret negeri ini terkini yang penuh dengan korupsi meski di tengah pandemi. Sudah susah semakin susah mungkin itu fakta yang dirasakan rakyat saat ini. Hanya bisa merapal do'a untuk kebaikan negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi lalu berharap pula nilai-nilai luhur dari Pancasila benar-benar dikedepankan, diutamakan, dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak hanya sekedar "Teriak-teriak". Sangat menginginkan perubahan besar yang lebih baik dengan bermula dari diri sendiri untuk senantiasa menggunakan hati dan mengedepankan kejujuran dalam kehidupan meskipun berat namun itu harus dilakukan atas dasar kesadaran. (prp) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun