Kendati masih memiliki waktu satu tahun lagi, nuansa hangat politik jelang Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2019 mendatang mulai ramai diperbincangkan. Petahan Joko Widodo terus diuji. Bahkan muncul adanya wacana poros ketiga.Â
Wacana poros ketiga dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019 yang akan datang semakin mengemuka, hal itu tak luput dari masih adanya tiga partai (Demokrat, PAN, dan PKB) yang masih memungkinkan membentuk poros ketiga, diluar presiden Jokowi maupun Prabowo Subianto sebagai dua kandidat capres terkuat saat ini.
Jika digabungkan maka koalisi dari Demokrat, PAN dan PKB, dapat mengumpulkan 157 kursi DPR RI, yang tentunya lebih dari cukup untuk memenuhi ambang batas minimal pencalonan presiden sebesar 112 kursi DPR RI (20%).
Disisi lain Partai Demokrat, PAN, dan PKB memiliki kedekatan emosional yang cukup baik sejak berkoalisi pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang lalu, sehingga tinggal melanjutkan komunikasi yang lebih intens untuk berkoalisi dalam pilpres mendatang.
Namun kalkulasi dalam politik memang tak semudah membalikkan telapak tangan, wacana poros ketiga dalam pilpres bisa saja bubar ditengah jalan, apabila masing-masing partai tidak mendapatkan titik temu terkait siapa nama yang bakal diusung menjadi Capres dan Cawapres.
Dalam membangun sebuah koalisi, mengakomodir kepentingan setiap partai merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, mengingat masing-masing partai memiliki kepentingan untuk mengusung jagoannya dalam pilpres, seperti Demokrat memiliki (AHY), PAN (Zulkifli Hasan) dan PKB (Cak Imin).
Sehingga apabila salah satu dari ketiga partai tersebut tidak terakomodir kepentingannya (jagoannya diusung dalam pilpres).
Maka wacana poros ketiga terancam bubar ditengah jalan.
Pada ahirnya semua tergantung pada lobi-lobi politik ditingkat elite partai (Ketua Umum), dengan harapan tercapainya deal-deal politik, misalnya dengan memberikan imbalan dalam bentuk lain kepada anggota koalisi yang jagoannya tak diusung dalam pilpres, sehingga koalisi tetap terbangun untuk mewujudkan poros ketiga dalam pilpres.
Penulis: Sidik Firmadi
Dosen Ilmu Pemerintahan
Stisip Bina Putera Banjar, Jawa Barat.