Mohon tunggu...
Lyfe

Kemana Indonesia-ku?

4 November 2015   22:43 Diperbarui: 4 November 2015   22:43 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah hasil terkaan pribadi saya saat mengambil hikmah dari sebuah peristiwa yang terjadi dekat dengan saya. Mohon untuk merfleksikan dengan keadaan yang terjadi di Negara kita saat ini. Mohon maaf atas kesalahan dan kesalahpahaman yang terjadi di sini maupun di tempat lain.

Sore itu sekitar jam 17.00 WIB, saya dan beberapa orang teman saya sedang mengobrol di sebuah tongkrongan yang terletak di daerah Rawamangun. Sembari mendengarkan lagu-lagu yang santai, kami menyadari banyaknya orang orang yang berlari menuju ke daerah yang letaknya persis di belakang tongkrongan kami. Kamipun menyadari bahwa disitu terdapat asap hitam yang cukup tebal, serentak kami langsung mengikuti warga dan berlari ke arah asap tersebut.

Sewaktu itu saya dan ketiga teman saya menyusuri rumah demi rumah dekat dari lokasi kebakaran, saat itu api belum menyebar dan masih tidak terlalu besar. Saya terus mengikuti jalan hingga akhirnya sampai di tempat orang orang sedang 'menonton' si jago merah. Jauh di depan posisi saya orang orang yang berhadapan langsung dengan api sudah saling bahu membahu melemparkan air ke rumah-rumah yang sedang dilahap oleh api. 

Sebagai orang kota yang jarang melihat secara langsung event-event yang terjadi di Jakarta, perasaan saya bagaikan di aduk dengan kebingungan yang juga saya rasakan. Saya melihat banyak orang orang yang sudah putih pucat dan juga panik karena mereka sadar, selang beberapa menit saja jika api tidak dimatikan, semua harta mereka akan ludes terbakar. Saya mendengar gonggongan anjing peliharaan yang terkunci di dalam garasi sementara pemiliknya tidak di rumah. Saya secara personal merasakan kepanikan dan ketakutan yang juga dirasakan oleh warga setempat. 

Semua orang ikut membantu, tidak peduli kenal atau tidaknya mereka dengan orang yang dibantu. Mereka tidak memperdulikan apakah orang yang dibantu memilih partai A atau partai B, berasal dari kalangan A atau kalangan B, mereka hanya membantu satu sama lain, dari satu manusia ke manusia yang lain. Pemandangan ini memberi saya pemahaman bahwa, Indonesia sudah seharusnya begini, bukan tercerai berai karena golongan dan partai politik, melainkan bersatu karena kita semua manusia, yang memang secara ketentuannya tidak ada yang sempurna.

Inilah Indonesia yang sesungguhnya, Indonesia yang menjalankan praktik semangat gotong royong. Indonesia yang bahu membahu untuk melewati rintangan yang berani menahan kita untuk maju. Peristiwa ini juga memberi saya pemahaman bahwa Indonesia akan menjadi sangat kuat jika di desak, Indonesia mengeluarkan wujud aslinya hanya di saat yang genting. Indonesia perlu untuk sadar bahwa tidak ada saat untuk bersantai santai lagi, kita harus keluar dari kandang karena setiap saat adalah saat yang genting. Bangunlah para penerus generasi bangsa bahwa kita harus selalu sadar, bahwa kita tidak akan hebat jika kita terus tidak peduli kepada sekitar dan kepada satu sama lain. Bangunkan semangat yang sudah terlelap terlalu lama itu. Bangun dan bertanyalah kepada dirimu sendiri “Kemana Indonesia-ku?”  

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun