Mohon tunggu...
Pradana Abimantra
Pradana Abimantra Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Belajar menyampaikan opini #MantraPerubahan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Praktek Jual Beli Bangku Sekolah Membuat Angka Anak Putus Sekolah Melonjak?

26 Mei 2023   08:58 Diperbarui: 26 Mei 2023   09:20 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: wartakota.tribunnews.com

Pendidikan merupakan hak setiap anak. Namun, di Indonesia, ada sebuah fenomena yang mengkhawatirkan, yaitu praktek jual beli bangku sekolah. Praktek ini merujuk pada transaksi finansial yang dilakukan untuk memperoleh tempat di sekolah yang diinginkan. Sayangnya, fenomena ini berdampak negatif pada pendidikan di negara ini, salah satunya adalah tingginya angka anak putus sekolah.

Anak-anak yang putus sekolah bukanlah masalah baru di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena putus sekolah ini terjadi, salah satunya faktor ekonomi. Banyak keluarga di Indonesia masih hidup dalam kemiskinan dan tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka. Ketika terpaksa harus memilih antara memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari atau pendidikan, kebanyakan keluarga memilih yang pertama. Akibatnya, anak-anak tersebut terpaksa berhenti sekolah dan mulai bekerja atau membantu mencari nafkah di usia yang belia.

Selain faktor ekonomi, faktor geografis juga berperan penting dalam fenomena putus sekolah. Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terdiri dari banyak pulau, termasuk daerah terpencil dan sulit dijangkau. Di beberapa daerah, akses ke sekolah masih terbatas dan infrastruktur pendidikan yang memadai belum sepenuhnya tersedia. Hal ini menyulitkan anak-anak di daerah tersebut untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak.

Tantangan lainnya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat. Beberapa keluarga mungkin tidak melihat manfaat jangka panjang dari pendidikan formal dan lebih memilih anak mereka untuk bekerja atau membantu usaha keluarga. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan sebagai kunci untuk mengubah nasib dan meningkatkan kualitas hidup menjadi hambatan dalam upaya mengurangi angka putus sekolah.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis Statistik Pendidikan 2022 yang menggambarkan kondisi pendidikan Indonesia berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2022 yang dikutip dari CNBC. Data tersebut menunjukkan bahwa angka putus sekolah di jenjang SMA mencapai 1,38% pada tahun tersebut. Persentase ini menandakan bahwa terdapat 13 dari 1.000 penduduk yang mengalami putus sekolah di jenjang SMA. Angka ini meningkat sebesar 0,26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,12%.

Selain itu, angka putus sekolah di jenjang SMP tercatat sebesar 1,06% pada tahun 2022. Persentase ini juga mengalami peningkatan sebesar 0,16% dari tahun sebelumnya yang sebesar 0,90%. Sementara itu, angka putus sekolah di jenjang SD masih sebesar 0,13%, mengalami kenaikan 0,01% dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 0,12%.

Selain data dari BPS, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia juga mencatat jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Tangerang, Banten. Terdapat 22.194 anak di Kabupaten Tangerang yang mengalami putus sekolah. Kabupaten Tangerang menempati posisi tertinggi setelah Kabupaten Lebak sebagai daerah yang memiliki jumlah anak putus sekolah tertinggi di Provinsi Banten.

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud mencatat, Kabupaten Lebak menempati posisi kedua dengan jumlah anak putus sekolah sebanyak 16.656. Posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Pandeglang, dengan angka anak putus sekolah sebanyak 11.410 orang. Pada urutan keempat, terdapat Kabupaten Serang dengan jumlah anak putus sekolah mencapai 10.778 orang.

Disusul oleh Kota Tangerang pada posisi kelima dengan jumlah 7.844 anak putus sekolah. Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menempati urutan keenam dengan jumlah anak putus sekolah sebanyak 6.079 orang. Nomor tujuh dipegang oleh Kota Serang dengan jumlah 5.977 anak putus sekolah, dan Kota Cilegon berada pada posisi terakhir dengan jumlah anak putus sekolah mencapai 1.913 orang.

Dari total 22.194 anak putus sekolah di Kabupaten Tangerang, terdapat dua kategori, yaitu Drop Out (DO) atau berhenti begitu saja, dan kategori Lulus Tanpa Melanjutkan (LTM). Di tingkat sekolah dasar (SD), angka Drop Out mencapai 2.543 orang, sementara kategori Lulus Tanpa Melanjutkan sebanyak 7.251 orang. Pada tingkat SMP, angka Drop Out berjumlah 1.636 orang, sedangkan kategori Lulus Tanpa Melanjutkan mencapai 8.623 anak. Sementara itu, pada tingkat SMA sederajat, angka Drop Out mencapai 2.104 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun