Etnopedagogi adalah cabang ilmu yang berfokus pada penyelidikan praktik pendidikan dan kehidupan sehari-hari dalam kelompok tertentu. Pada Kurikulum 2013, etnopedagogi didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa pembelajaran dari sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah hingga sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan harus mencakup muatan lokal sebagai bahan kajian atau mata pelajaran, yang mencakup muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal, yang bertujuan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggal mereka. Menurut Abdurrahman, pelaksanaan etnopedagogi sangat penting di Indonesia karena negara ini memiliki beragam budaya. Etnopedagogi dapat memberikan dampak  positif bagi perkembangan fisik, emosional, dan kemampuan komunikasi. Dengan etnopedagogi, dapat membantu menghubungkan pengetahuan dengan budaya secara efektif. Selain itu, etnopedagogi juga dapat membantu peserta didik dalam membentuk sikap yang tepat terhadap nilai-nilai budaya bangsa.Â
Oleh karena itu, dibutuhkan pengkajian mengenai etnopedagogi agar kebudayaan yang ada dapat dipertahankan sesuai dengan kearifan lokal. Etnopedagogi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari praktik pendidikan dan kehidupan sehari-hari dalam suatu komunitas atau kelompok tertentu, yang mencakup kajian tentang bagaimana tradisi, hukum, dan aspek khas dari masing-masing budaya masyarakat dapat mempengaruhi proses belajar dan mengajar.Â
Penerapan Etnopedagogik pada masyarakat Ciptagelar dalam bidang produksi pangan yaitu padi. terfokus pada pendekatkan etnopedagogi bidang pertanian, dengan tujuan masyarakat kasepuhan melestarikan tradisi mulai dari proses pengolahan padi hingga sampai menjadi Nasi. Penanaman dan pemupukan padi di Kasepuhan Ciptagelar dilakukan secara alami hanya sekali setahun, dan menggunakan sedikit atau bahkan tidak menggunakan pestisida serta tidak menggunakan alat pertanian modern seperti traktor. Namun, produksi padi ini dilarang untuk diperjual belikan kepada pihak luar. Pada masyarakat ciptagelar, konsumsi padi dapat dilakukan dengan cara meminjam padi dari pemimpin adat. Kegiatan ekonomi yang lestari ini perlu dijaga agar dapat terus diterapkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses menjaga kelestarian ini dilakukan melalui enkulturasi, yaitu proses belajar kebudayaan sendiri. Dalam konteks pendidikan, enkulturasi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sebuah masyarakat dan kebudayaannya.Â
Pendekatan etnopedagogi menjadi fondasi utama dalam pendidikan dan kebudayaan, sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Â Untuk mengembangkan model pendidikan di Kasepuhan Ciptagelar yang masih kental dengan nilai-nilai adat, diperlukan penelitian yang mengkaji nilai nilai etnopedagogi yang melandasi kegiatan ekonomi di kampung adat tersebut. Penelitian ini dapat membantu mengakomodasi nilai-nilai etnopedagogi ke dalam model pendidikan yang dapat diterapkan di sekolah. Selain itu, etnopedagogi juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pendidikan, mengakui peran keluarga dan masyarakat dalam perkembangan anak.
Praktik ekonomi lokal yang unik dalam Kasepuhan Ciptagelar. Ini bisa termasuk tentang tradisi dijaga dari anak sampai cucu mereka di masa yang akan datang, atau tentang pengolahan bahan lokal (padi) diwariskan. Meskipun menghadapi tantangan globalisasi, masyarakat Ciptagelar tetap berusaha untuk mempertahankan pendekatan unik mereka dalam mengajarkan pengetahuan dan keterampilan ekonomi. Dengan memahami dan mengapresiasi sistem etnopedagogi ini, kita dapat mengambil pelajaran tentang pentingnya melestarikan warisan budaya dalam menghadapi perubahan zaman. Prinsip gotong royong, tanggung jawab terhadap alam, dan rasa saling menghormati membentuk landasan yang kuat dalam praktik ekonomi mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI