"Halo, Lae. Perkenalkan, Saya marga "M", orang tua saya butuh darah A +. Bisa membantu mendonor darah, Lae?"Tanya lae "M" yang Batak dengan suara memohon tetapi tetap khas Utara.
"Oh, saya bisa hari ini. Lae di rumah sakit mana?"Tanyaku, kebetulan sudah 3 bulan belum mendonor.
"Di rumah sakit Fatmawati, Lae."Jawabnya dengan antusias dan sepertinya senang sekali, mendapatkan sukarelawan untuk orang tuanya.
"RS Fatmawati di Jakarta?"Tanyaku memastikan.
"Iya, Lae. Ada teman memberikan nomor ini dari daftar relawan pendonor darah A."Katanya bersemangat.
"Wah, maaf. Saya tinggal di Palembang."Jawab Saya.
Tuan "M" pun memohon maaf dan saya bisa merasakan kekecewaannya dua kali lipat, pertama karena urung dapat donor dan kedua mungkin serasa dimainkan orang istilah bekennya "ngeprank" di salah satu grup "WA" pendonor darah sukarela di Jakarta.
Terhitung sejak bulan Mei, mungkin sudah belasan kali saya dihubungi pertelepon atau "WA" permintaan donor darah golongan A + dari keluarga pasien di Jakarta, Bekasi dan Tangerang yang mengaku mendapat nomor saya dari grup "WA" relawan donor darah.Â
Mudah-mudahan nama saya masuk ke sana di grup-grup WA jabotabek, tidak disengaja karena terikut saat menyalin nama-nama pendonor di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia, tetapi memang sebaiknya pengurus atau "admin" grup mengadakan check and recheck apakah nama-nama yang diberikan adalah orang yang berdomisili di daerah yang dapat masuk akal terjangkau ke Jakarta.
Kalau orangnya di Palembang atau Papua, mau mendonor ke Jakarta, apakah darahnya dikirim ataukah si orang ini naik pesawat ke Jakarta hanya untuk mendonorkan darahnya?Â
Ini tidak mungkin dilakukan dan bayangkan kalau ada 100 nama di daftar golongan darah A+ dan 60% diantaranya beralamat di luar pulau Jawa, maka akan sangat membuang waktu keluarga pasien, belum lagi kalau terjadi salah paham, misalnya berjanji ketemu di PMI, dan ternyata PMI-nya satu di Jakarta yang pendonor di PMI Palembang.