"Ya, ibu lapor ke loket dahulu, ini seharusnya satu orang punya satu kartu....."Kata petugas di MRT Jakarta yang terlihat kewalahan menghadapi beberapa keluarga yang mengakunya punya satu kartu yang "di-tap" lima kali karena mereka berlima. Maka "error"-lah si mesin "tap" berkali-kali karena yang mau keluar stasiun banyak yang begitu.
Berbeda dengan di Singapura, Kuala Lumpur, Beijing, Tokyo dan kota besar lainnya yang pernah saya kunjungi, semua penumpang mengerti bahsa satu orang wajib punya satu kartu yang wajib di "tap" saat mau masuk area MRT atau "subway" dan saat keluar.
Kesadaran ini memang tidak pernah diajarkan di sekolah dasar apalagi di perguruan tinggi di negara kita karena memang MRT baru muncul beberapa bulan saja, apalagi tulisannya pakai bahasa Inggris pula, tetapi setidaknya informasi itu digaungkan di MRT sepanjang perjalanan, supaya rakyat negeri ini lebih bermartabat dan tidak selalu bermental semau gue.
Hanya dua itu catatan saya saat menjajal MRT Jakarta, kalau LRT di Palembang sudah dari ASIAN GAMES tahun lalu sudah berjalan dan masyarakat kota Palembang sudah mulai teratur memakai kartunya dan mulai mengerti kursi prioritas.Â
Jadi siapa bilang LRT atau MRT adalah pemborosan? Minimal ada prinsip-prinsip bermasyarakat yang diajarkan oleh moda transportasi ini, yaitu dapatkan hak masing-masing dengan tanggung jawab yang masing-masing pula, kalau anda main borongan satu kartu untuk sekeluarga, maka akan macetlah antrian masuk atau keluar kereta. Kedua, mengajarkan masyarakat negeri ini tentang kesetiakawanan dan mendahulukan yang lemah, karena di sekolah-sekolah mungkin itu hanya sebatas teori saja.