Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Nyoblos 17 April 2019 Itu Bak Membeli Saham Unggulan untuk 5 Tahun ke Depan

28 Maret 2019   15:48 Diperbarui: 28 Maret 2019   16:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi pribadi

Membeli saham, seperti investasi lain, memiliki keuntungan dan resiko tersendiri. Seperti investasi tanah yang harus dijaga patok-patoknya, jangan sampai menyempit digeser tetangga, investasi rumah makan juga harus dijaga kualitas rasa dan kebersihannya jangan murahan atau investasi memelihara ternak yang harus dijaga jangan sampai terkena penyakit mulut dan kuku.

Memiliki saham di sebuah perusahaan yang bonafide, berarti ikut memiliki perusahaan itu walau dalam porsi kecil, namun jika perusahaan beruntung, banyak bagi sisa hasil usaha, pemilik sahampun kebagian uangnya juga.

Saham unggulan di lantai bursa adalah saham yang "tahan banting" menghadapi gejolak perekonomian dan politik dan harganya akan terus naik dalam jangka panjang. Memiliki saham di perusahaan-perusahaan ini bak menabung dengan cara unik, ikut memiliki si perusahaan.

Ikut pemilu, khususnya pemilihan presiden dapat diibaratkan membeli saham yang tak akan dijual lagi selama 5 tahun ke depan. Bila kita ikut orang yang lebih banyak mencoblos kandidat tertentu, otomatis harga sahamnya akan terus naik dan 5 tahun lagi kita akan dapat hasil yang lebih baik. Kalau memilih saham yang kurang diminati orang, dapat saja harganya terus menurun dan 5 tahun ke depan harga sahamnya dapat saja terbenam di harga 50 rupiah.

Bila beruntung, selain harga sahamnya naik dalam 5 tahun, kandidat yang bagus kinerjanya juga akan membagi "deviden" yang besar. Jadi dua kali untung.

Makanya, para pemain saham yang paham kondisi ini, terutama pemain asing "menunggu" perkembangan di 17 April 2019. Bila yang terpilih nanti figur yang bak "saham unggulan", mereka akan berbondong-bondong berinvestasi di Indonesia, namun bila yang terpilih saham "sedang tenggelam", niscaya dana segar itu lari ke negeri lain yang lebih menjanjikan kepastian bisnisnya.

Sumber: Dokumentasi KOMPAL
Sumber: Dokumentasi KOMPAL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun